Aku Impoten

aas asmelia
Chapter #7

Tinggal di Kontrakan

Aku menempati kontrakan kecil hanya satu petak lengkap dengan kamar mandinya di dalam, sebelumnya Istriku memberikan kasur lantai, guling dan bantal untuk aku bawa, aku membawanya karena memang membutuhkannya.

Tidak ada perabotan yang aku bawa, aku bisa membeli makan di warung, dan hanya membeli galon besar lengkap dengan dispensernya, karena memang aku membutuhkannya, baju-baju masih di dalam ransel, karena aku belum membeli lemari.

aku masuk kedalam dan merebahkan tubuhku di kasur lantai, terasa sunyi dan asing berada di tempat seperti ini, apa lagi jauh dari suara si bungsu yang selalu merengek "Ayah ikut," setiap aku akan pergi dan dia melihatnya.

Huh... ku buang napas dengan cepat," inikah takdirku yang kau tulis ya Allah," mengapa terasa berat, gumamku.

Setelah satu minggu, aku kembali untuk menemui istriku, ingin mengambil si bungsu untuk bersamaku di kala dia tidak sekolah, hanya satu hari saja, untuk penghibur hatiku yang sepi, pas datang kebetulan ada si sulung sekalian aku minta ijin kepada istriku untuk membawa kedua anakku sementara bersamaku.

"Neng, aku mau bawa mereka berdua bolehkan?" tanyaku.

"Boleh Mas, kalau mereka mau, jangan di paksa kalau tidak mau?"

"kakak, adek mau ikut ayah gak, nanti ayah ajak jalan-jalan?" tanyaku, pada kedua putriku.

"Mau Yah," sahut mereka berbarengan.

"Siapin bajunya masing-masing ya," ucapku pada mereka.

Mereka masuk kedalam kamar dan tak lama kembali dengan ransel mereka masing-masing, aku berpamitan pada istriku, rasanya aneh, ya aneh serasa ada yang hilang dari ruang hati ini dan menjadi kosong.

"Mah, kami pergi dulu ya," kata kedua anakku berpamitan kepada istriku, iya dia masih istriku namun terasa jauh dan ada jarak, setelah istriku melayangkan gugatan cerai, rasanya dinding yang ada semakin tebal dari sebelumnya, aku hanya bisa menatapnya sekilas dan bergegas berpamitan.

"Mas bawa anak-anak dulu besok sore Mas, anterin pulang ke sini lagi," ucapku, terlihat istriku menahan isak dan bola matanya memerah menahan buliran yang akan segera meluncur, dia membalikan tubuhnya membelakangi kami yang akan segera pergi dan aku sedang menyalakan motor, istriku berpura-pura kuat di hadapan kedua anak-anak, supaya mereka tidak berpikir yang tidak-tidak.

Aku bawa kedua putriku ke sebuah kontrakan sederhana yang tanpa isi, hanya ada kasur, bantal, guling, sebuah dipenser dan beberapa gelas plastik.

Kedua anakku menatap sekeliling ruangan dan duduk di tempat tidur, tak lama si sulung bertanya.

"Ayah, kenapa ayah tinggal disini, gak sama Mamah?" tanyanya, heran.

Aku berusaha menjawab pertanyaannya dengan hati-hati, agar anakku paham akan keadaan orang tuanya.

"Kakak, Ayah sama Mamah, sedang menenagkan diri dulu, nanti kalau sudah tenang, nanti Ayah tinggal di rumah lagi sama Mamah," jawabku, menjelaskan.

Untuk mengalihkan anakku supaya tidak bertanya-tanya terus, akhirnya aku ajak keluar untuk sekedar jalan-jalan ke taman, ya jalan-jalan yang hemat tanpa harus menggunakan biaya, hanya sekedar jajan saja kalau seandainya lapar atau ingin ngemil.

Lihat selengkapnya