Aku Impoten

aas asmelia
Chapter #8

Kembali Bersama

Tak terasa sudah satu minggu ini kami menjalani proses mediasi, dalam proses mediasi ini istriku sempat mengirim beberapa chat yang isinya.

[Mas, hak anak harus ada padaku, karena kalau ikut denganmu ke jawa, aku khawatir pendidikan agamanya kurang, karena di tempat kamu tinggal, yang aku lihat, hanya ada sekokah biasa yang umum]

[ kamu gak usah ungkit harta gono gini, biar ini rumah dan isinya untuk anak-anak kita, kecuali aku menikah lagi, aku yang angkat kaki dari rumah ini]

[kamu tetap harus menapkahi kedua anak kita, terutama uang sekolah mereka, biarlah kalau hanya sekedar untuk makan dan sandangnya, aku masih sanggup memberikannya]

[maafkan aku, telah banyak salah padamu]

Aku tidak membalas Chatnya, hanya bisa merenung dan bersandar pada tembok sambil duduk di atas tempat tidur, 'benarkah ini harus berakhir seperti ini, tidak maukah kamu mencabut gugatan itu istriku,' gumamku, merasa hancur hatiĀ ini membaca isi Chatnya.

Satu minggu kemudian, waktu mediasi telah selesai kami berdua mendatagi pengadilan agama untuk proses selanjutnya, dalam proses selanjutnya si penggugat di haruskan membayar lima juta rupiah, dan kalau seumpama ingin mengambil hak asuh anak, harus mengeluarkan lagi biaya yang lain lagi, akhirnya istriku meminta tempo dulu, dan pihak pengadilan mengiyakannya, kami pun pulang, aku pulang ke kontrakan dan istriku pulang kerumahnya, dengan mengendarai motor kami masing-masing.

Berapa hari kemudian istriku, mengirim chat kembali, dengan rasa malas aku buka isi Chatnya.

[Mas bisa datang ke rumah, kalau libur?]

rasanya senang banget berasa diguyur hujan di saat panas terik, nyes langsung adem, membaca isi Chat dari istriku itu, lama tak ku balas, tetapi buru-buru aku mengetik untuk membalasnya, takutnya istriku berubah pikiran.

[Bisa Neng, ada apa ya?] tanyaku.

[Ada yang ingin aku rundingkan] balasnya, cepat.

[Baiklah, insyaallah] balasku.

Hening tidak ada bunyi Chat masuk, mungkin istriku sudah menutup Chatnya.

Tiga hari kemudian, aku mengunjugi rumah kami yang sekarang di tempati tanpa aku di dalamnya, sebagai kepala keluarga, tetapi tidak apa demi kebaikan anak-anakku, aku bisa menabung lagi untuk membeli rumah, itu juga kalau ada lebih dari gajiku, yang separuhnya aku berikan kepada istriku, untuk biaya sekolah anak-anak, sejak aku menderita sakit TBC aku sudah berhenti merokok dan mengopi, tetapi kalau untuk es belum bisa berhenti, karena aku selalu berasa kepanasan mungkin epek dari sakit Diabetes, dan karena sakit yang aku derita itu menyebabkan fungsi reproduksiku tidak berpungsi dengan semestinya, sudah berbagai obat-obatan aku coba, baik yang medis maupun yang non medis tetapi hasilnya nihil, aku hanya bisa pasrah, dan berhenti berobat karena menurutku sayang hanya buang-buang uang saja, lebih baik uangnya untuk keperluan anak-anak, mugkin ada riwayat keturunan juga, soalnya pakdeku juga mengalami penyakit yang sama Impoten, tetapi usianya sudah sekitaran lima pulu tahun dan hubungan dengan istrinya pun baik, semoga keluargaku juga bisa baik-baik saja,harapku.

Aku sampai juga di depan pintu rumah istriku, aku mengucapkan salam.

"Assalamualaikum."

"Walaikum salam," sahut istriku dari dalam rumah, dan menghampiriku.

Lihat selengkapnya