Aku Ingin Ayahku Mati!

Putri Zulikha
Chapter #28

KABAR MENGEJUTKAN

Ramadhan di tahun ini agak berbeda dengan bulan ramadhan biasanya. Pandemi ini masih belum selesai juga menghantui manusia. Surat perintah untuk bekerja di rumah saja, belajar dari rumah, dan ibadah juga di rumah. Semua hal sebisa mungkin dilakukan di rumah, termasuk juga banyak buruh yang dirumahkan.

Salat Jumat masih ditiadakan, begitu pula dengan tarawih. Akan tetapi, di beberapa desa masih ada yang menyelenggarakannya dengan kondisi yang berbeda dari salat jamaah sebelumnya. Yang dulunya saf harus dirapatkan, sekarang antarsajadah diberi jarak. Apalagi kalau di masjid, di desaku diberi tanda dengan lakban hitam disilang sebagai batas antarjamaah, sedangkan di musala-musala jamaah memberikan jarak dengan jamaah yang lain secara pribadi.

“Selagi kita masih diberi kesempatan untuk beribadah, kenapa kita tidak memanfaatkannya sebaik mungkin? Asal kita juga melakukan usaha-usaha pencegahan. Insyaallah desa kita kan masih aman. Kita memang harus berhati-hati, tapi tidak perlu takut yang berlebihan. Semua yang hidup pasti mati. Kalau aku sih lebih takut bila tidak bisa beribadah karena pandemi ini. Apalagi kalau meninggal saat takut beribadah.” Kata Mbak Indah kepadaku.

Oleh karena itu, aku masih bisa merasakan tarawih berjamaah. Mungkin beberapa orang akan menghujat dan menyalahkan kami, tapi desa kami menyelenggarakan tarawih ini karena desa kami masih aman dari pandemi ini. Siapa yang bisa memastikan? Memang tidak ada yang menjamin hidup manusia selain Tuhan kita. Lagi pula, banyak masyarakat sudah mulai acuh tak acuh dengan kasus virus covid-19 ini. Tidak ada keputusan tegas dan kejelasan kapan pandemi ini akan berakhir sehingga kami tetap bekerja seperti biasa. Orang-orang desa yang kebanyakan pekerja harian lama-lama akan mati juga. Bukan karena terjangkit corona, melainkan karena mereka tidak punya uang untuk bertahan hidup.

Aku pun masih terus bekerja seperti biasa. Tidak ada keputusan libur dari atasanku. Otomatis aku harus berangkat jika ingin bertahan hidup. Namun demikian, bukan kami tidak peduli. Beberapa kebiasaan yang dianjurkan untuk mencegah tertularnya virus tersebut juga kami lakukan, seperti rajin mencuci tangan dengan sabun dan memakai masker ketika keluar rumah.

Yang berbeda buatku di tahun ini ialah, aku tidak bisa berbuka puasa bersama dengan teman-teman. Padahal dulu kalau ada bukber suka cari-cari alasan supaya bisa tidak ikutan. Suasana Ramadhan menjadi tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Apalagi ada berita dari Jakarta sebagai berikut.

Asteorid 2016 HP6 akan mendekati bumi pada Bulan Ramadhan. Data yang diperolah dari NCEOS, NASA menunjukkan bahwa asteroid akan mendekati bumi pada Jumat, 7 Mei 2020 pukul 21.48 Waktu Universal atau Sabtu, 8 Mei 2020 pukul 04.48 WIB.

Berita tersebut kemudian dikaitkan dengan suatu hadis yang mengatakan kurang lebih demikian.

Apabila ketika kalian salat subuh mendengar suara yang dahsyat di bulan ramadhan pada tanggal 15 ramadhan.

Kedua hal tersebut ramai diperbincangkan masyarakat Indonesia. Beberapa orang merasa takut dan ragu untuk berangkat kerja. Namun, aku melihat di video unggahan instagram Mimin, seorang ustadz mengatakan bahwa hadis tersebut merupakan hadis prediksi. Jadi, kebenarannya belum bisa dipastikan. Akan tetapi, waspada lebih baik. Kemudian, di sebuah artikel aku membaca bahwa hadis tersebut tidak sahih. Entahlah, manusia hanya bisa berusaha dan menjalani. Yang mengatur semuanya adalah Tuhan Semesta Alam.

Bagi Ulin berita itu sungguh tidak ada harganya. Dirinya kini sedang dilanda kesedihan yang teramat sangat. Pasalnya, dia mau ditinggal nikah sama mantannya yang itu artinya mantanku juga. Mereka memang sudah putus beberapa bulan yang lalu. Akan tetapi, keduanya masih saling menyayangi. Hanya saja Ulin takut ketahuan mamanya. Meskipun mamanya sudah kembali merantau ke luar negeri, dia tetap tidak berani mengambil risiko, bisa-bisa kiriman uang jajannya berhenti mengalir. Makanya Ulin memutuskan untuk berpisah saja meski enggan dan menyakitkan. Kisah ini bermula ketika tadi malam Ulin mengirim pesan wa ke aku.

An, ade perawan hamil tahu di desa kite. Tahu kagak siape kira-kira?

Setelah berpikir keras dan menebak-nebak, kami tidak menemukan jawaban yang pasti. Karena malam ini aku nongkrong di poskampling bersama Mbak Indah dan Mimin, aku mencoba bertanya ke mereka.

“Mbak, Min, ada yang hamil siapa e?”

“Lhah musim di rumah aja ya emang wajar kalau ada yang hamil, An.”

“Eh maksudnya itu anak perawan, Mbak.”

“Penjual jagung seksi itu kali. Emmm, enak juga ya nih nasi goreng.” Mimin menyeletuk sambil makan nasi goreng yang baru saja kubeli bersama Mbak Indah, tapi dia yang menghabiskan. Pipinya menggembung karena mulutnya penuh makanan.

Aku memberi tahu Ulin perihal tebakan Mimin. Dia agak setuju karena apabila dilihat-lihat ada alasan yang logis. Adik kelasku SD yang jual jagung rebus di depan indomart itu suka memakai pakaian seksi, entah celana sepaha ataupun rok belah paha. Rambutnya di semir warna hijau dan dia sering pergi diboncengin cowok pada malam hari.

“Heh nggak boleh asal sebut gitu, Min. Selama ini yang kita lihat cuma penampilan luar kan? Kita nggak tahu jika dia lebih rajin salat dari kita. Bisa jadi, di sepertiga malam dia bangun mendirikan salat tahajud. Kita tidak berhak mengomentari apalagi melabeli orang lain seperti itu.”

Lihat selengkapnya