Segala yang sudah terjadi tak perlu kita minta atur kembali. Berjalanlah ke depan, tak usah terus menoleh ke belakang!
Ramadhan telah tiga puluh hari terlewati. Puasa sudah sebulan lamanya kita tunaikan. Takbir berkumandang di mana-mana. Setiap musala dan masjid menggemakan suara takbir penuh semangat untuk menyambut hari kemenangan. “Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar, laillahailullahu allahu akbar, Allahu akbar walillahilham.” Aku turut menggemakannya dari dalam kamar sambil tiduran. Ada rasa kehilangan dan sesuatu yang kurang di hatiku.
Besok ada salat id nggak di sana?
Satu pesan masuk dari Kevin. Gara-gara pandemi covid-19 tidak selesai-selesai, salat idul fitri pun dihimbau di rumah bersama keluarga masing-masing. Apalagi takbir keliling. Baru tahun ini aku tidak bisa merasakan meriahnya malam takbir. Biasanya aku ikut berjalan mengelilingi desa sambil menggemakan suara takbir sepanjang perjalanan.
Masing-masing musala memiliki kreativitas masing-masing, baik urusan kostum anak-anak yang jalan kaki maupun kreasi dari bambu yang membentuk berbagai macam rupa. Ada yang membuat hewan, robot, kapal, dan masih banyak lainnya. Yang paling dinanti-nantikan adalah pengumuman pemenang. Hampir setiap tahun Musala Nurul Huda, yang remaja masjidnya aku, Mbak Indah, Mimin, dan Heri, menjadi juara satu. Bahkan, piala di musala kami sudah menumpuk.
Di sini ada kok, tapi wajib pakai masker dan dikasih jarak antarjamaah. Kamu besok berangkat nggak?
Berangkat deh kalau nggak tidur hehe
Aku mengubah posisi rebahanku, miring ke kanan, sambil membaca pesan balasan dari Kevin. Lalu, membalasnya.
Dih salat setahun sekali doang aja nggak berangkat
Canda sayang... ini juga lagi di masjid kok
Ngapain? Cari makan gratis ya... Aku menggoda lelaki berondong di seberang sana.
Keknya pacarmu ini nggak ada iman banget gitu ya, An. Hmmm, ya ikut takbir dong suyunggg
Iya-iya bercanda sayangku...
Yaudah gih tidur biar besok nggak males bangunnya
Baru juga jam sepuluh. Eh besok kamu ke sini kan?
Iya insyaallah habis maghrib ya ibu negara
Okay, siap ditunggu
Aku meletakkan ponselku di samping bantal. Kupejamkan mata. Takbir masih bergelora dari berbagai penjuru desa. Rasanya ada haru dan sedih bersemayam di hatiku. Kuraih kembali ponselku.
Em, aku lagi kangen