Aku Ingin Ayahku Mati!

Putri Zulikha
Chapter #17

RESMI PACARAN

Aku diterima menjadi sales kosmetik yang kerjanya keliling dari satu desa ke desa lain. Gajinya lumayan sih, tapi ibuku menyarankanku untuk keluar saja. Ibu kasihan melihatku yang kurus ini harus ke sana ke mari seharian di bawah terik matahari yang begitu menyengat. Jaraknya juga tidak dekat dengan rumah. Akhirnya, aku memutuskan untuk menuruti perkataan ibu. Gini-gini, omongan ibu masih aku dengerin juga. Lagi pula, aku juga merasa kuwalahan dengan pekerjaan itu.

Namanya rezeki, tidak berselang lama aku menganggur, ada tetangga yang menawariku kerja di tempat bekas dia kerja. Dia mau pindah pekerjaan sehingga perusahaan itu membutuhkan penggantinya. Aku jelas langsung mau. Rezeki tidak boleh ditolak. Mungkin ini berkah dari Allah atas ganti dari punya ayah yang seperti itu. Dia memberikan kemudahan pada diriku atas kesusahan yang aku derita selama ini.

Jarak tempatku bekerja sangat dekat dengan rumah. Sorumnya hanya di jalan raya depan desa. Pekerjaannya juga ringan. Sering kali aku cuma duduk-duduk doang. Paling juga buat faktur kalau ada yang beli motor. Aku menjadi admin di salah satu sorum motor. Inget ya, admin, bukan sales atau mbak-mbak SPG yang harus berdandan menor dan berbaju seksi. Gajinya juga lumayan, alhamdulillah. Ucap syukur bisa keluar juga dari mulutku haha... Meskipun tidak berkata-kata kotor seperti Yuli dan Ulin, rasanya aku dulu tidak pernah mengucap syukur.

Sekarang, aku lebih sering berkerudung kalau ke luar rumah. Pas SMK aku juga sudah berkerudung, tapi salatnya masih bolong-bolong. Masih nggak pake kerudung kadang-kadang kalau keluar rumah. Sampai sekarang pun kalau keluarnya dekat atau masih sedesa, aku masih sering nggak pakai, tapi sebisa mungkin aku mulai belajar membenahi salatku. Semoga aku semakin lebih dekat dengan-Nya.

Kata Mbak Indah, “Salat aja dulu, nanti yang lain-lain pasti ngikut. Salat yang akan menjagamu dari perbuatan yang tidak baik. Jangan tunggu kamu baik dulu baru salat, An. Berkerudung juga kayak gitu. Justru kerudung itu yang akan membuatmu malu jika berbuat tidak baik. Kalau kamu menunggu baik dulu ya kemungkinan kamu memutuskan untuk berkerudung sangat minim. ‘Nanti dulu deh’ entah sampai kapan kita menundanya? kita nggak pernah tahu nyawa kita diambil saat umur berapa kan.”

***

Her aku mau pasang tv kabel, nanti sore ke rumah ya. Kalau aku belum pulang kerja berarti sama ibuk dulu ya. Oke....

Aku mengirim pesan ke Heri. Sekarang dia menjadi agen pemasang tv kabel dan wifi. Kami masih berteman seperti dulu kala. Jujur saja dulu aku sempat memiliki perasaan sedikit dengannya. Aku tidak tahu pasti itu perasaan apa, tapi rasanya berbeda dengan yang kurasakan dengan Nano. Hanya saja aku nyaman ketika bersamanya. Nyaman bukan berati cinta kan? Dia juga tampaknya begitu. Aku memang sayang sama dia, tapi sepertinya tidak sampai cinta. Mungkin, aku hanya menyayanginya sebagai sahabat dan begitu pun sebaliknya. Lagi pula, dia tidak pernah menyatakan perasaannya kepadaku sehingga aku tidak pernah tahu bagaimana isi hatinya. Kami sudah sangat nyaman dengan pertemanan ini. Sayang jika harus dirusak dengan hubungan yang tidak pasti.

Oke siyap, Non. Btw, pas aku lewat tadi ayahmu mengamuk. Semoga saja pas aku nanti ke rumahmu dia udah nggak ngamuk ya hehe

Iya sudah biasa kan. Kayak baru tahu aja. Emang suka bising di kuping. Aku aja sering nggak bisa tidur gara-gara dia berisik pas malam.

***

Dalam menghadapi ujian kita tidak bisa selalu menyontek, apalagi ujian kehidupan. Namun, kita tidak bisa lari darinya karena dia akan terus mengejar hingga kamu menyelesaikannya.

Lihat selengkapnya