Aku Ingin Ayahku Mati!

Putri Zulikha
Chapter #21

RASA YANG BERBEDA

Kencanku malam ini tidak seperti biasanya. Jika biasanya aku yang menjemput pacarku ke depan gangnya, kali ini dia yang menjemputku di depan rumah. Aku sudah tidak peduli sekarang. Rasa-rasanya aku tidak bisa seratus persen tidak peduli karena aku masih berpikir keras setiap hendak berangkat kencan, apalagi setelah mendengar omongan-omongan tetangga barusan. Akan tetapi, aku lebih santai sama ibuku atau bisa dikatakan aku lebih berani di umurku yang hampir berkepala dua ini.

Yang membuatku masih kepikiran adalah omongan tetangga yang tidak ada habisnya. Malam ini aku mencoba menepis rasa khawatir diomongkan oleh ibu-ibu yang nongkrong di poskampling setiap sore. Kekhawatiranku yang lainnya adalah ayahku. Semoga saja dia tidak melihatnya. Semuanya bisa berantakan jika ayahku memergokiku hendak pergi bersama seorang pria. Aku sungguh tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nantinya.

“Ting tung...” Ada pesan masuk di ponselku. Aku menoleh sambil memasukkan jarum ke kerudungku, melihat layar ponsel. Di sana tertera nama pacarku.

Aku dah di depan yang.

Tanpa membalas pesan tersebut aku mengaca sekali lagi. Aku menyambar tasku di atas kasur, mengaca sekali lagi, dan berjalan keluar menemuinya sesegera mungkin, sebelum ayahku melihat ada lelaki yang menjemputku.

“Nggak pakai helm?”

Saking bersemangatnya aku sampai lupa membawa helm. Aku masuk rumah lagi, ayahku sekilas mengamatiku lalu melanjutkan makannya. Aku bergegas menemui pacarku lagi. Jika kupikir-pikir aku agak hiperaktif malam ini, bertindak selayaknya orang yang hendak ketinggalan kereta, padahal Kevin masih tenang menungguku di luar. “Yuk.” Aku naik jok belakang tanpa pegangan kepadanya.

“Yakin nih? Nggak berangkat lo ini kalau nggak pegangan, takut kamunya jatuh aja sih.” Selorohnya, padahal niatnya nyuruh aku pegangan ke dia.

Aku ragu-ragu. Akhirnya, aku pelan-pelan menggerakkan tanganku ke pinggangnya. Aku sebenarnya sih mau-mau saja, tapi ada rasa takut kalau ada tetanggaku yang melihatnya. Motor pun berjalan meninggalkan jalanan desa. Aku lebih merapatkan peganganku dan mendekatkan posisi dudukku yang tadinya bisa dimuati seorang anak kecil di tengah kami.

Sudah beberapa minggu kami tidak bertemu, aku rindu sekali sama Kevin. Berasa sepasang kekasih LDR yang akhirnya berjumpa untuk membalas tuntas rindu yang telah lama disimpan. Tangan kirinya memegang tangan kiriku yang merangkul perutnya. Motor berjalan lambat, selambat waktu yang ingin aku hentikan saat bersamanya. Ah, tampaknya aku selalu ingin menghentikan waktu di saat yang membahagiakan seperti ini karena terlalu banyak waktu yang terbuang dari hidupku dengan keringat dan tangis. Dulu waktu aku masih sama Nano juga begitu menyenangkan, tapi nyatanya sekarang hanya tinggal kenangan.

“Hai kamu, kamu kangen aku nggak?” Aku iseng menanyai pacarku.

“Kangenlah, emangnya kamu.”

“Ih aku lebih kangen tau Kev sama kamu. Mana mungkin aku nggak kangen sama pacarku yang jelek ini hahaha...”

“Nggak pa pa jelek, yang penting kamu suka. Kayak gini aja sudah klepek-klepek, apalagi lebih ganteng. Hm hm hm kamu bakal nyesel sih soalnya banyak yang naksir aku.” Dia tersenyum menoleh ke spion melihat wajahku yang terlihat samar-samar di sana.

“Dih puede banget pacarku ini.”

“Orang emang iya kok. Ya kan...? Gitu aja sok nggak ngaku hu... Ganteng kan aku? Suka kan???”

“Iya sayangku, suka kok, hahaha....”

Aku melepas rangkulan, mencubit pinggangnya, lalu beralih ke posisi semula. ‘Menggemaskan sekali pacarku ini, beruntung sekali aku dapetin dia. Terima kasih Ya Allah sudah menitipkan dia kepadaku, semoga Kevin tidak menyakitiku seperti Nano dulu,’ gumamku dalam hati.

Azan Isyak berkumandang, kami diam sejenak menikmati kebersamaan ini bersama angin malam dengan lantunan suara adzan yang samar-samar terdengar dari desa yang kami lewati.

Malam ini jalan sangat ramai seperti tahun baru pada umumnya. Apalagi jam-jam segini waktunya orang-orang berangkat ke alun-alun. Malam sedikit, mereka sudah tidak bisa masuk ke alun-alun. Bisa sih bisa, hanya saja di pinggirnya doang dan harus memarkir motor agak jauh dari alun-alun kota. Aku sih senang saja meskipun harus berjalan jauh. Kalau sama Kevin semuanya menjadi menyenangkan. Namanya juga orang kasmaran. Tai saja rasa coklat. Akan tetapi, kasmaranku yang sekarang dengan yang sama Nano rasanya berbeda, mungkin karena aku sudah beranjak dewasa jadi dalam menyikapi rasa itu tidak sama atau karena waktu itu aku hanya cinta monyet biasa.

Lihat selengkapnya