Syakir menatap ratusan orang yang tengah berlomba-lomba untuk segera melakukan ritual mandi suci. Akh, akhirnya dia sampai juga di salah satu sungai yang dianggap suci di India ini. Semua karena Suci dan mimpi itu yang akhirnya membawanya ke sini. Yah, ia bermimpi melihat Suci berada di antara sungai Gangga dan Yamuna, namun menghilang saat ia mengejarnya. Mimpi itu, apakah sebuah petunjuk baginya? Lalu, mengapa Suci tiba-tiba menghilang diantara kerumunan orang-orang, saat ia mengejarnya. Entahlah! Semuanya hanya akan menjadi misteri sampai ia bisa benar-benar bertemu Suci disini. Kalau mimpinya salah, ia pasrah dan hanya bisa berdoa semogaSuci kembali. Sudah satu bulan lamanya Suci pergi tanpa kabar berita. Jelas membuatnya panik dan didera rasa kehilangan yang menyakitkan.
“Moga Suci mu segera ditemukan ya, Syakir,” tepuk Aditya temannya memberi semangat. Untunglah Aditya bekerja di bagian kedutaan yang mengurusi paspor dan visa hingga ia tidak butuh waktu lama apalagi sampai mengantri. Aditya bahkan berbaik hati meminjamkannya ongkos dan boleh mengembalikannya kapan saja begitu ia sudah bisa membayar. Sebagai mahasiswa yang belum bekerja, uang sebanyak itu tak mungkin bisa ia dapatkan dengan cepat. Tapi, di tengah ratusan orang di siang hari yang tak terasa terik karena hembusan angin musim dingin, bagaimana bisa ia menemukan sosok Suci? Sudah hampir dua jam ia menatap satu per satu orang yang lalu lalang, namun wajah Suci tak jua kelihatan. Selain wajah para wanita yang tengah mandi sambil mencuci baju. Di tempat lain anak anak yang ikut orang tuanya, sibuk bermain air sambil sesekali ibu mereka mengantarkan ke toilet umum yang dibangun di sekitar sungai.
Sungai yang katanya suci ini, terlihat tak sesuai dengan namanya karena banyaknya sampah-sampah plastik, botol dan bunga-bunga. Tak jauh beda dengan kali yang ada di Jakarta. Rupanya kesadaran warga di India agar tak membuang sampah sembarangan sama saja dengan warga Jakarta. Di tengah rasa bingung dan hampir putus asa mencari sosok Suci, matanya beralih pada para pria bertelanjang dada di depannya. Penuh energi berlompatan dengan gesit memburu koin-koin yang dilemparkan para penumpang perahu dan wisatawan. Koin yang sejatinya dilempar sebagai ritual persembahan, namun dimanfatkan sebagai mata pencaharian. Yah, sah-sah saja karena tak ada larangan untuk mengambilnya. Mendadak muncul ide di kepalanya yang mulai kehabisan akal.
“Apakah Anda pernah melihat wanita seperti di foto ini?” tanya Syakir antusias. Ini salah satu cara untuk menemukan sahabatnya itu. Barangkali pencari koin ini pernah melihat Suci mandi di sini. Syukur-syukur bisa mengenali wajah sahabat terkasihnya itu.
“Saya belum pernah melihat gadis seperti dalam fotomu mandi disini,” jawab pria berusia 30-an berkulit hitam sambil mengangguk. Sedikit bingung mengapa pria di depannya malah mengangguk bukan menggeleng, yang ternyata di India memang berbalikan dengan di Indonesia. Syakir akhirnya menjawab
“Baiklah terima kasih,” jawabnya kecewa. Wajahnya yang tadinya semangat, langsung layu dan duduk kembali berpangku tangan di pinggir sungai. Menatap arus air dan arus manusia yang pulang dan pergi. Hanya pemandangan indahnya Taj Mahal yang berdiri megah, yang sedikit menghibur hatinya.