Aku Ingin Kembali Ke Asal Namaku

Iir
Chapter #4

Pulanglah Suci

Sungguh tragis halusinasi yang dialami Suci, hingga mempengaruhi persepsinya yang keliru tentang penyucian diri bagi umat beragama islam seperti mereka. Apalagi mengingat Suci sudah enggan menunaikan salat lima waktu semenjak sakit mental menderanya. Tapi ia yakin, jauh di lubuk hatinya, Suci rindu untuk bisa melakukan ritual sakral itu lagi. Hanya saja iblis tengah memporak-porandakan imannya hingga melemah. Sungguh berat cobaan hidup yang menimpa Suci. Bahkan sampai menggerogoti habis imannya, hingga membuatnya berpaling dari Kasih Sayang Allah Yang Maha Luas Dan Maha Pengampun. Kembalilah Suci.......

Tiba-tiba

“Ditemukan mayat lagi!” teriak seorang pemuda. Orang-orang berdatangan penuh penasaran termasuk dirinya. Semoga bukan mayat Suci ya Allah! Doanya kencang di dalam hati. Terlihatlah 2 sosok mayat tertutup kain tergeletak di pinggir sungai. Salah seorang maju membuka kain penutup. Ternyata mayat sepasang suami isteri. Ia bernafas lega karena bukan mayat Suci. Ia masih yakin bisa menemukan sahabatnya itu dalam keadaan hidup. Keyakinan itu terus ia pegang kuat kuat meski beberapa hari sejak mengunjungi sungai dari Yamuna hingga Gangga, ada saja mayat-mayat yang ditemukan warga. Ia pun langsung membuang muka tanda prihatin dan tidak tega, saat melihat mayat akan dibakar. Sebelum nya kaki kedua mayat yang pucat dicelupkan lebih dulu ke dalam sungai sebelum dikremasi.

Hari menjelang malam, namun tanda-tanda kemunculan sosok Suci yang ia rindukan tak jua mendatangkan harapan. Hanya perayaan Ganga Aarti yang masih menemani pencariannya. Yaitu ritual doa umat Hindu yang diadakan setiap malam di pinggir sungai Gangga. Yah, belum hilang rasa merindingnya sehabis menyaksikan mayat-mayat yang dikremasi diatas tumpukan kayu di atas ghat (sungai) Gangga pagi tadi. Kini di atas panggung tak jauh dari tempatnya berdiri, 7 orang pendeta berkain kuning berdiri meniup cangkang keong. Lalu para umat mengiringinya dengan dentang simbal. Sementara para pendeta menari mengikuti irama sambil memegang dupa serta lampu api. Harum kayu cendana yang membumbung ke udara bersama tujuh asap yang keluar, menambah suasana magis di sekitar sungai. Lantunan doa yang terdengar bak lagu himne melalui pengeras suara. 

Lihat selengkapnya