Aku Juni, Aku Sesosok Hantu

Terajaana
Chapter #2

Bagian 2


Jika saja manusia bisa melihat sebagaimana kami melihat, mungkin tukang bajigur yang rutin lewat setiap menjelang magrib itu tidak akan bergidik ngeri dan mempercepat langkahnya setiap kali melewati kastil tempat kami para hantu binaan Nyai tinggal.

Entah seperti apa yang di lihat para manusia itu, karena yang aku lihat, betapa megah, indah dan bersih kastil Nyai ini. Sepasang pohon kemboja dengan bunga berwarna kuning yang selalu mekar seakan menyambut siapapun yang hendak masuk ke dalam kastil. Ada sebuah taman yang asri dan lumayan luas yang menghubungkan gerbang dengan pintu utama kastil. Pemandangan sekeren ini tidak seharusnya membuat siapapun yang memandang bergidik ngeri, kan?

“Hi hi hi hi hi…” lengkingan tawa Surti si kuntilanak kesayangan Nyai tiba-tiba menggema dan serta merta membuat tukang bajigur itu lari tunggang langgang meninggalkan gerobaknya begitu saja.

“Iseng banget kamu, tuh, Sur.” Keluhku.

“Itu bukan iseng, Juni. Tapi, tugas.” Sergah Surti tidak terima. “Dasar, hantu gak keren.” Lanjutnya lalu terbang entah kemana.

“Huh! dasar, kunti.” Gerutuku.

“Oh, jadi kamu yang namanya Juni?”

Suara pertanyaan itu terlalu tiba-tiba sampai membuatku kaget setengah mati. Ah, apakah kata setengah mati masih berlaku untukku yang sudah menjadi hantu?

“Siapa, itu?!” tanyaku sambil mencari sosok sumber suara.

“Ck ck ck ck….”

“Sesama hantu jangan saling menghantui, ya!” ucapku kesal karena masih juga belum menemukan sosok dari sumber suara tadi.

“Saya bukan hantu.Saya, cicak. Ck ck ck….”

Lihat selengkapnya