BAB II
Kami yang Mulai Mengenal #1
“Aisyah sejak kapan kamu mengenal Petra?” ucap Sherly ketika aku berada di bangku taman kampusku.
Petra. Petra Mahen Saputra. Dia adalah lelaki yang menjuarai hatiku yang keras ini. Dulu ketika kami di Jogja kami bertemu di pinggir jalan Malioboro saat sama-sama menghabiskan waktu untuk bermalam minggu. Pertemuan tidak sengaja. Ketika dia dengan lancang memintaku untuk memfotokan dia dengan kekasihnya kala itu. Anehnya bukannya ku potret dengan ponsel yang dia berikan, mereka justru aku foto dengan ponselku sendiri. Hingga mau tak mau aku harus mengirimkannya ke nomor Whatsapp Petra.
Hingga berjalannya waktu kami tidak sadar menjadi satu kontak whatsapp. Sering melihat story WA nya dan sering pula menghiraukannya. Namun ada satu ketertarikan aku untuk membalas statusnya di Whatsapp.
“Hancur sudah mami papi yang ku punya!” begitu tulisnya.
“Hei, nggak boleh bilang kaya gitu di sosial media” namun ketika ku balas demikian lama sekali bahkan hingga berhari-hari pesan itu tidak dibalas olehnya. Hingga kurang lebih 4 hari ada notif pesan masuk dari Petra.
“Tahu apa kamu ha?” balasnya.
Astaga ini anak di chat baik-baik tapi balasnya ngegas. Dari pandanganku sepertinya anak ini unya tekanan mental. Yaa mungkin kerap terjadi pada anak laki-laki. Mereka emang dikenal sebagai anak tempramental. Tapi tak hanya status itu. Petra juga menuliskan “keluargaku hancur karena harta”. Wow... kayaknya aku udah tahu bagaimana alur ceruta Petra .
“Kamu gak usah ikut campur deh” katanya padaku