AKU KAMU BEDA YANG SAMA

Oktaviona Bunga Asmara
Chapter #12

Kami Dua Sayap yang Mulai Mengepak #12

BAB III

KAMI DUA SAYAP YANG MULAI MENGEPAK #2

Aku diam, aku hanya pergi ke tepian danau dan duduk di salah satu kursi. Ini yang biasa aku kerjakan ketika aku sekarang kacay balau. Duduk sendiri dan bersama alam. Aku sudah terbiasa untuk mengobati luka pada diriku sendiri. Seperti yang diajarkan ayah kepada anak-anaknya, untuk bisa hidup mandiri. Petra beberapa kali ingin mengajakku untuk memulai suatu pembicaraan. Namun, aku selalu diam dan hanya terpaku pada danau. Bukan aku marah pada Petra. Hanya saja aku tidak ingin memulai obrolan degan kondisi aku yang sedang badmood, karena bagaimana pun itu pasti akan menimbulkan perkataan yang mungkin akan menyakitkan hati seseorang yang sedang aku ajak bicara.

Dari dulu, dari sewaktu aku kecil, aku selalu dijarkan oleh kedua orangtuaku untuk mengobati sakit hati sendiri, jika kata bunda, aku harus mandiri sebagai wanita, aku boleh kecewa tapi harus bisa menutupnya dengan bahagia yang ditimbulkan dari diri kita sendiri. Kalau kata ayahku, aku harus percaya bahwa Allah menciptakan rasa kecewa untuk kita belajar menjadi lebih dewasa.

Aku tahu tak ada kata dewasa jika belum berlumuran pembelajaran. Entah itu kecewa, luka, sakit, ataupun bahagia. Terkadang ketika kita berharap kita akan dimimpikan dengan hal-hal yang nampak sangat membahagiakan. Namun ketika Tuhan menyadarkan apa yang kita impikan, bisa jadi kita diberi kenyataan yang sebaliknya.

Aku, sebagai diriku sendiri meyakini. Bahwa luka dan kecewa itu hadir karena kita sendiri. Terkadang salah kita untuk berharap kepada manusia, sementara kita hanyalah seorang biasa. Harusnya kita menaruh harapan penuh kepada Tuhan. Dia lah yang mengatur semua perasaan manusia di bumi ini. Ketika kita menaruh harap kepada-Nya, maka kita akan diberikan rasa yang sangat tepat untuk diri kita sendiri.

Setelah beberapa waktu, perasaanku mulai tenang dan mood ku sudah kembali normal. Aku sudah bisa membalas obrolan Petra. Yaa, secepat itu. Memang inilah aku. Yang bisa merubah diriku sendiri secepat yang aku mau.

“kita balik ke kampus yaa, kelasku udah mau mulai” begitu pintaku

“oke, baiklah, aku antar kamu ke kampus”

Setelah itu aku bergegas untuk kembali ke kampus. Dia mengantarku sampai di depan kampus dan aku melanjutkan untuk berjalan kaki menuju kelasku. Dia pulang, karena jam kuliahnya sudah selesai. Aku memasuki ruangan kelasku. Mulai belajar disana dan mencerna setiap apa yang dikatakan dosen. Hampir dua jam aku disana, di ruangan tempat aku mengetahui titik koma hidup. Setelah selesai kelas kuliahku, aku segera pulang. Aku ingin tidur untuk sekedar mengembalikan energiku.

Setelah sampai di rumah, aku langsung bersih-bersih dan bergegas untuk tidur siang. Banyak sekali energiku yang terbuang setengah hari ini. Diatas bantal dan disamping guling. Yaa, tempat itulah yang bisa mengangkatku untuk menjadi lebih berenergi lagi. Aku sangat membutuhkan itu, untuk melanjutkan kegiatanku nantinya. Karena, hari ini aku akan sibuk mengurus rumah sendiri. Meskipun ada Rizki sebenarnya.

Lihat selengkapnya