BAB IV
KAMI SAYAP YANG BERBEDA #1
Hari ini adalah hari dimana Rizki, Clara, dan juga Petra wisuda. Pagi sekali aku dan keluargaku bersiap untuk menghadiri acara wisuda tersebut. Baru kali ini kami pergi dengan formasi lengkap. Ada ayah, bunda, kak Muslim, Rizki, dan juga aku. Hari ini kami pergi dengan memakai pakaian nuansa Bali. Kami mengikuti kemauan bunda, yang katanya rindu pada suasana Bali.
Aku dan bunda memakai kebaya berwarna kuning kunyit. Bertali hitam dan memakai rok warna hitam. Rambut kami disanggul. Sungguh pesona bunda sangat terlihat disini. Sementara ayah, kak Muslim, dan Rizki memakai jas yang juga masih dalam nuansa Bali. Kami sangat bangga mengenakan pakaian ini, karena jarang sekali kami berseragam seperti ini.
“Syah, coba tolong fotokan bunda dengan ayah” begitu pinta ayah padaku
“baik yah” jawabku
Kami akhirnya sebelum berangkat berfoto-foto dulu. Sungguh aku sangat bahagia, karena bisa berada diantara mereka keluargaku yang utuh ini. Kapan lagi aku bisa pergi bersama ayah, kapan pula aku melihat bunda yang tenang tanpa memikirkan pekerjaan kecuali pada hari ini. Senyum simpulku tidak akan pernah hilang hari ini.
Tapi ada hal yang juga membuatku bahagia, hari ini kekasihku juga melaksanakan wisuda. Rencananya aku juga akan menghampiri dia untuk mengucapkan selamat atas wisudanya. Aku menebak, pakaian apa yang akan dia kenakan? Aku sangat penasaran, seperti apa paras nya nanti kalau tidak memakai pakaian yang biasanya dia kenakan.akankah dia lebih tampan? Ahhh, jangan-jangan! Nanti bisa jadi lirikan cewek-cewek satu kampus kalau dia menawan. Hahahaha, dia milikku, dan aku sama sekali tidak ingin berbagi.
Kami menuju ke kampus Rizki. Kami berangkat berempat, karena Rizki sudah berangkat lebih dulu. Kak Muslim menyetir, ayah duduk di sampingnya, dan aku serta bunda duduk di kursi belakang mereka. Sepanjang perjalanan mereka membicarakan mengenai rencana pertunangan Rizki dan juga Clara. Mereka nampak bahagia karena anak mereka akan segera menikah. Bunda juga mengatakan bahwa ia juga sangat berharap bahwa Kak Muslim juga akan segera menyusul Rizki. Ucapan itu juga diamini oleh ayah, iyalah ayah akan bahagia. Karena setelah kami anak-anak ayah wisuda, kami akan diminta untuk mengurus kantor cabang ayahku.
Aku sendiri sebenarnya tidak tertarik dengan dunia perkantoran, aku sepertinya jika diminta untuk memilih, aku akan memilih pekerjaan seperti bunda. Yah, meskipun tidak sesuai banget, tapi itu lebih mending daripada pekerjaan ayah.