BAB V
KAMI TELAH PATAH #2
“mami kenapa nangis? Mami maafin Aisyah yaa, kemarin Aisyah sempet acuh sama Mami, Aisyah ngelakuin itu karena ada orangtua aku, aku belum sempet ngobrol sama mereka mengenai Petra, maafin aku ya ma”
“iya sayang, mami tahu kok, mami paham betul apa yang kamu rasakan dan apa yang kamu lakukan, mami paham atas dasar apa kamu melakukan ini semua. Mami sama sekali nggak marah sama kamu, Cuma emang kemarin Petra sempet tanya kenapa kamu seperti itu, terus mami jelasin mungkin kamu sedang ada masalah sama keluarga kamu, untung Petra bisa menahan emosinya buat nggak ngejar kamu, coba kalau kemarin dia nggak bisa nahan egonya, bisa-bisa disana kemarin ada pertarungan bahkan pertumpahan darah”
Aku kaget dengan apa yang diucapkan mami, ternyata mami juga memiliki pemikiran yang sama denganku, bahkan dia membantu untuk memberikan pengertian pada Petra.
“mami, tadi Aisyah sempat bertemu sama Clara, terus dia bilang kalau mami nitip pesan buat ngomong ke aku kalau mami pengin ketemu”
“iya nak, ada hal yang harys mami jelaskan pada kamu, sebelum kamu melangkah lebih jauh dengan Petra”
“iya mami, mami bilang aja sama Aisyah”
“mami minta maaf ya nak. Mami harus bilang ini sama kamu. Kami dan kalian berbeda. Mami juga punya kisah masa lalu yang sama seperti kamu. Mami nekat, mami melanjutkannya hingga akhirnya mami juga yang kecewa. Memang, tidak ada yang tahu mengenai takdir Tuhan, tapi, mami harus kasih tahu mengenai pembelajaran ini, entah nanti berguna atau tidak buat kamu, yang terpenting adalah tugas mami untuk menyampaikan. Kami berbeda dengan kalian, sangat berbeda. Kami sebenernya sama sekali tidak merisaukan itu, apabila kami dan kalian hanya sekedar berjalan beriringan dan saling mendukung sesama umat manusia. Tapi, akan menjadi petaka besar untuk kita apabila kita harus beriringan. Mami mengetahui kalau kamu dan Petra saling menyayangi, tapi, alangkah lebih baiknya jika rasa itu hanya kalian pertahankan sebagai teman. Bukan mami tidak menyukai kamu, bukan. Tapi justru malah mami sangat menyayangi kamu. Mami nggak pengin lihat kamu nantinya berhadapan dengan masalah yang sama seperti saat mami masih muda. Mami tahu bagaimana rasanya dan mami tahu betapa pahitnya berada di masa itu. Mami sudah bersumpah bahwa mami nggak pengin sampai anak-anak mami merasakan itu semua. Karena kamu sudah mami anggap sebagai anak perempuan mami, mami sekali lagi nggak pengin kamu masuk ke masa sulit itu, berat nak” begitu jelas mami
Aku hanya diam, mendengar apa yang mami ucapkan jelas membuat aku menangis. Aku sudah tahu apa yang mami harapkan dari aku dan Petra. Dia menginginkan aku dan Petra hanya sebagai teman, tidak lebih dari itu.
“iya mami, Aisyah tahu apa yang mami rasakan, Aisyah paham, tapi Aisyah juga nggak bisa menutup mata Aisyah untuk kasih Petra, dia sangat menyayangi Petra, dan begitupun sebaliknya”