AKU KAMU BEDA YANG SAMA

Oktaviona Bunga Asmara
Chapter #23

Kami Telah Patah #23

BAB V

KAMI TELAH PATAH #3

Jawaban dan jawaban itu membuat aku semakin bersalah. Rasanya aku adalah manusia yang paling buruk di muka bumi ini, aku sama sekali tidak melibatkan Allah dalam setiap masalahku, aku terlalu egois hingga menggap bahwa aku bisa menyelesaikan semua masalahku sendiri.

“kalau kakak bingung diantara dua pilihan?”

“minta petunjuk sama Allah, semua akan Dia jawab”

“caranya?”

“sholat istikharah, sholat istikharah adalah sholat sunnah yang dijalankan untuk meminta petunjuk kepada Allah atas beberapa pilihan yang membuat kita bimbang”

“waktunya?”

“lebih disunnahkan di waktu sepertiga malam, emang ada apa sih Syah?” tanya kak Muslim

“itu kak masalah Petra, tadi aku ketemu sama maminya, terus maminya yaa intinya bilang, hampir sama dengan apa yang ayah, bunda, dan kakak katakan kemarin, hanya pada sudut pandang mereka”

“baguslah, nanti kamu sholat istikharah, insha allah Allah bakalan kasih petunjuk”

“ya udah kak, aku ke kamar dulu ya” kataku sembari meninggalkan kak Muslim dan menuju ke kamarku

Aku baru saja menelpon Petra, kami masih bersikap biasa saja. Aku masih bisa menutupi ini semua jika aku tidak bertatap muka dengan dia. Beberapa kali suaraku payau, aku menahan tangis ketika dia sempat merayu dan membuatku tersenyum. Satu hal yang juga membuat aku menangis, adalah ketika dia menanyakan apakah aku sudah sholat Isya atau belum. Yaa, dia masih selalu menanyakan dan memastikan aku dan ibadahku.

Mana mungkin aku nggak terenyuh dengan apa yang ia lakukan dan apa yang ia katakan. Mungkin ini akan menjadi saat-saat terakhir aku dan Petra seperti ini. Bagaimanapun rasa yang akan aku rasakan, aku harus siap untuk menerimanya. Karena mungkin ini adalah sesuatu yang jauh lebih baik untuk ke depannya.

“sayang nanti kalau nikah mau bulan madu kemana? Hahaha nggak papa yang kita halu dulu, suatu saat nanti kita bakalan ada di masa itu kok, kamu sabar ya sayang” kata Petra di balik telepon ini.

Aku sama sekali nggak bisa menjawab apa yang diutarakan olehnya. Aku hanya diam dan terus menahan air mata yang dari tadi sudah berada dipermukaan bola mataku. Setelah hampir tengah malam, aku pamit untuk pergi tidur. Petra mengiyakan.

Lihat selengkapnya