AKU KAMU BEDA YANG SAMA

Oktaviona Bunga Asmara
Chapter #35

Mengenai Sayap #35

BAB VII

MENGENAI SAYAP #2

Hidup ditengah perbedaan agama juga kembali aku rasakan ketika aku bertemu dengan teman-temanku. Yang akhirnya semakin membuat aku tersadar mengenai apa itu perbedaan. Sebenarnya Tuhan kami sama, Tuhan kita sama. Kita yang berbeda, kita berbeda dalam hal mengekspresikan bagaimana kita meyakini Tuhan kita.

Ada yang duduk rapi bertekuk lutut untuk berdoa, ada yang dilakukan dengan nyanyian, ada yang dilakukan dengan membakar benda-benda tertentu, ada yang sekedar menengadahkan tangannya, ada pula yang menggenggam kedua tangannya lalu menaruhnya di depan dapa, bahkan ada pula yang sekedar menutup mata.

Tujuan kita sama, berdoa dan meminta kepada Tuhan kita, hanya cara kita yang berbeda.

Berada di negara heterogen juga merupakan suatu yang berkesan. Ketika kamu berpindah dari daerah satu ke daerah lannya kamu akan menemukan suasanya yang berbeda, kamu akan bertemu dengan orang yang berbeda-beda pula. Tapi diantara mereka nanti kalian akan menemukan kehangatan sayang diantara mereka.

Mereka sangat menghargai kita yang berasal dari daerah lain, menyambut kita dengan peluk hangatnya, menjamu kita dengan begitu baiknya, hingga memberi kita buah tangan saat kita akan meninggalkan tempat mereka.

Budaya, dari ujung timur hingga ujung barat, ujung utara hingga ujung selatan, semua memiliki kebudayaan yang berbeda. Ada yang mereka begitu menghargai kesepian yang kadang mereka artikan sebagai bentuk kedamaian, ada juga yang menyukai dengan keramaian, halayak banyak orang, yang membuat suasana lebih hangat di tengah mereka.

Mereka sangat menghargai leluhur mereka, ada yang masih berpegang dengan cerita nenek moyangnya, ada yang sudah mulai terbiasa hidup modern, semua itu sama, hanya berbeda kesempatan saja.

Tinggal di kota belum tentu bisa membangun sikap dan perilaku kita menjadi lebih baik. Terkadang ada saja perilaku yang semena-mena terhadap seseorang yang ada di bawahnya. Meskipun tidak semua orang yang tinggal di kota melakukan hal demikian, namun di kota kita sudah seperti bertemu dengan kelompok baru, yang lebih heterogen lagi.

Mirisnya kadang mereka sama sekali tidak mempedulikan sekelilingnya. Mereka hidup dengan egoisme. Berpendirian teguh pada kebahagiaan individu, kebahagiaan dirinya sendiri. Tanpa memikirkan mengenai orang lain yang berada di sekitarnya.

Coba kembali ke desa, ke daerah pelosok yang ada di negeri kita. Banyak sekali hal-hal kecil yang mereka lakukan secara bersama, kerja bakti, gotong royong misalnya. Hal-hal kecil seperti memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lainnya. 

Lihat selengkapnya