Suara kokok ayam di belakang rumah seakan tengah berlomba mengganggu lelapku. Aku yang semula masih enggan membuka mata perlahan mulai mengerjap sembari meregangkan tubuhku yang masih terasa letih akibat sisa-sisa acara wisuda kemarin. Meski suhu tubuhku tak lagi panas aku tidak lantas beranjak dari kasur, seperti biasa aku memeriksa ponsel yang sudah menjadi ritual wajibku setelah bangun tidur.
"Selamat pagi kurcaciku" Sapaan manis mas prams menghiasi ruang chat bbm ku.
Sebelumnya aku tidak pernah memperhatikan apa yang di lakukan mas prams tapi sejak tadi malam aku bertanya-tanya apakah mas prams tidak pernah tidur? Ketika aku tidak bisa tidur atau terbangun larut malam ia selalu ada menemaniku. Bahkan ketika aku membuka mata di pagi hari pesan manisnya selalu lebih dulu menghiasi ruang chatku.
"Pagi juga" Balasku datar.
Mas prams tidak langsung membalas seperti biasanya, aku lihat bbmnya masih offline. Mungkin karena lagi menjalani perawatan di rumah sakit ia tidak bebas memegang ponselnya. Seperti itu pikirku. Tapi, ternyata bukan itu alasannya.
"Prams pingsan lagi" Tidak lama kemudian ega membalas pesanku melalui bbm mas prams.
"Hah? Sejak kapan?" Tanyaku heran padahal pesan mas prams masuk baru sekitar 30 menit yang lalu.
"Sekitar 10 menit yang lalu" Jawab ega seadanya.
Sebelum gajala endokarditis di ketahui sebenarnya mas prams memang terkena typus yang mana beberapa malam sejak masuk rumah sakit tubuhnya memang kerap mengalami demam tinggi yang memicu tubuhnya kejang-kejang kemudian pingsan. Belum lagi ternyata tadi malam mas prams memang belum tidur sama sekali. Terang saja aku langsung menghakimi ega, kenapa ia tidak menyuruh mas prams untuk tidur?
"Eh keparat! Kamu pikir aku bisa menghentikan kegilaannya? Segala sesuatu yang berhubungan denganmu tidak akan ada satu orang pun yang bisa menghentikannya. Kamu tau apa yang dilakukannya semalaman? Ia hanya melihat layar ponselnya sesekali senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Ketika aku bertanya kenapa? Si bodoh itu hanya menjawab bahwa kamu cantik. Ternyata ia sedang memandangi potomu di ponselnya. Jujur saja aku mual menceritakan bagian itu. Dan ketika aku memintanya untuk tidur, katanya dia tidak akan tidur sebelum memastikan kamu benar-benar tidur dengan tenang. Ia takut kamu bangun lagi. Pikirnya, jika ia tidur siapa yang akan menenanimu? Cih! Mendengar itu rasanya aku ingin mencakar wajahmu" Ega menjawab panjang di sertai kata-kata umpatan seperti biasanya.
"Dasar bodoh" Batinku mengumpat apa yang di lakukan mas prams.
"Apa dia tidak memikirkan dirinya sendiri?" Alih-alih merasa senang dengan apa yang di katakan ega aku malah merasa dongkol sendiri.
Bagaimana bisa mas prams menungguku dengan begitu bodoh? Sementara aku tidur dengan tenang bahkan tidak sempat memikirkan keadaannya hanya karena keadaan demamku yang sebenarnya tidak sebanding dengan sakit yang ia rasakan saat ini. Aku yang merasa bersalah dengan apa yang baru saja terjadi pada mas prams langsung bergegas mandi dan siap-siap untuk membesuknya hari ini.
Duk.. Duk.. Duk...