Rindu Di Ujung Senja

Mariam B Cherry
Chapter #7

Flashback

Tanda tangan kontrak tidak bisa di batalkan ketika sebuah pekerjaan telah di mulai. Iya mas prams telah terikat kontrak kerja yang membuatnya harus segera pulang dari rumah sakit. Selang tiga hari setelah aku membesuknya waktu itu, ia memaksakan diri untuk pulang bahkan keesokan harinya ia langsung bekerja seperti biasanya. Bekerja dengan kesehatan yang belum benar-benar pulih tentu saja membuat pekerjaannya menjadi sangat berat. Tidak hanya sampai di situ, malam ketika orang-orang seharusnya merehatkan tubuh dari rutinitas harian, mas prams masih harus menyelesaikan pekerjaannya di depan layar monitor laptopnya. Aku yang biasa menemaninya melalui sambungan telepon bahkan sudah hapal betul bagaimana suara ketikan jemarinya di atas keyboard laptop terdengar seperti dongeng malam yang perlahan menghantarku ke alam bawah sadar.

"Mas, masih belum selesai?" Tanyaku di selah kantuk yang sudah di ujung tanduk.

"Belum. Kamu ngantuk ya?" Mas prams menjawab di iringi dengan suara nafas seperti menguap pendek.

"Ho..oh" Jawabku dengan suara sangat berat tidak lama kemudian aku terlelap begitu saja. Aku tidak tau lagi apa yang di katakan mas prams setelah itu, yang pasti suara keyboard laptop yang ia sentuh dengan tergesa-gesa itu serupa irama musik yang di setiap ketukannya mampu membuat mataku terlelap kian nyenyak. Lagi-lagi aku meninggalkan mas prams ke alam mimpiku yang kacau. Seperti biasa alur mimpiku tidak pernah benar-benar tuntas. Masuk ke mimpi ini kemudian pindah lagi ke mimpi yang lain.

Entah ini sudah pukul berapa angin malam mulai terasa menusuk pori-pori membuat tubuhku meringkuk kedinginan. Dengan mata yang masih terpejam ku tarik selimut yang tergeletak tak bertuan di ujung kakiku. Dalam keadaan setengah sadar sayup-sayup aku masih bisa mendengar percakapan di antara mas prams dan reza.

"Mas, belum tidur?" Tanyaku dengan mata terpejam.

"Kenapa bangun?" Mas prams balik bertanya. Aku mendengar suaranya sangat kecil karena headset yang terpasang di telingaku ternyata lepas.

"Halo.. Halo" Aku mendengar suara mas prams. Namun, aku tidak menjawabnya karena suara itu seperti berada di antara bangun dan tidurku.

Tutt.. Tutt.. Tutt..

Aku mendengar suara tanda sambungan telepon telah terputus. Perlahan aku mulai membuka mataku yang masih terasa lengket, ku lihat jam di layar ponselku telah menunjukkan pukul tiga subuh biasanya jam segitu pekerjaan mas prams telah selesai. 

Lihat selengkapnya