Dari celah jendela kamar, ku lihat langit subuh mulai terlihat terang, pertanda pagi telah tiba. Suara rintik hujan yang baru saja berjatuhan di atas genteng membuatku kian malas untuk menyibak selimut yang membalut setengah tubuhku.
Hoaaammss...
Sialan! Mataku terasa berat. Padahal ini adalah jam seharusnya aku bangun.
"Bu boss.."
"Bu boss.."
3 panggilan tak terjawab
Aku mendapat dua pesan dan 3 riwayat panggilan tak terjawab dari reza sekitar pukul setengah 6 tadi. Namun, aku baru membacanya tepat pukul 6. Sekitar 30 menit yang lalu aku kebablasan tidur lagi karena tidak kuat menahan kantuk.
"Kenapa za?" Tanyaku membalas pesan reza.
"Si boss masuk rumah sakit lagi, bu" Tidak lama kemudian reza membalas pesanku.
"Hah? Kenapa lagi? Sejak kapan?" Tanyaku.
"Tadi sekitar jam 4 si boss ngeluh dadanya terasa kram, eza pikir teh kram biasa eh tidak lama kemudian malah pingsan" Jawabnya. Padahal sedari tadi aku pikir mas prams sedang tidur.
"Za, pokoknya jangan pergi ke mana-mana dulu sebelum aku datang" Pintaku sembari langsung beranjak ke kamar mandi, padahal menginjak lantai kamar saja rasanya seperti menginjak tumpukan salju.
Byurr.. Byurrr..
Aku mulai menyiram tubuhku dengan terburu-buru. Bibirku bergetar pertanda aku sedang kedinginan. Aku yang biasa menghabiskan waktu paling tidak 15 menit di kamar mandi kini hanya butuh waktu 5 menit saja.
"Tapi, eza harus ke proyek sekarang bu. Si sipit bakal datang ke proyek hari ini" Aku baru membaca pesan terakhir reza. Si sipit adalah Julukan dari mas prams untuk atasannya yang berasal dari jepang.
Meski sedang terburu-buru aku tetap menyempatkan diri untuk memoles wajahku dengan beberapa alat make up yang biasa aku gunakan sehari-hari.
Ah sial!