Rindu Di Ujung Senja

Mariam B Cherry
Chapter #9

Flashback

Krioookk.. Krriokkk..

Perutku mulai keroncongan karena sejak pagi memang belum ada satu makanan pun yang masuk ke dalam perutku. Aku masih mondar-mandir di ruangan yang sama, sesekali ku lirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku ternyata jam telah menunjukkan pukul 3 sore artinya nyaris seharian aku berdiam diri di sana. Perlahan aku mulai menyibak tirai yang menutupi jendela sejak tadi pagi, tidak ada pemandangan yang luar biasa selain tanah yang basah perlahan mulai lembab karena sang surya telah menampakkan kegagahannya sore ini.

Duk duk duk duk..

Suara kaki seseorang membuyarkan lamunanku. Ternyata suara hentakan itu berasal dari kaki ega yang baru saja datang dengan mengenakan sepatu boots berwarna hitam. Ia berlari saling tarik dengan seorang wanita paruh baya, mereka seakan sedang berlomba menuju kamar mandi. Dari gerak-geriknya terlihat jelas bahwa mereka sedang kebelet buang air kecil.

"Uwa.. (Sebutan untuk kakak dari ayah dan ibu sunda)" Teriak ega tak henti menggedor pintu kamar mandi.

"Buru atuh wa..." Teriaknya lagi sembari menyilangkan kaki seperti sedang berusaha menahan air kencing yang sudah berada di ujung.

Aku yang merasa sedikit terkejut dengan kedatangan mereka pun hanya berdecak. Suasana ruangan yang tenang itu seketika berubah menjadi rusuh seperti di penuhi oleh teriakan-teriakan ega.

Sial! Ega seperti tak bisa menahannya lagi, ia merapatkan kaki bersama air yang terlanjur mengalir dari balik hotpantnya yang minim.

"Hahahaha" Aku terpingkal melihat wajah ega yang memerah menahan malu, kebetulan reza juga baru saja datang dengan membawa dua koper di tangan kiri dan kanannya. Sepertinya itu koper ega dan perempuan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Tunggu dulu. Siapa perempuan itu? Kenapa ia menatapku dengan begitu ramah?

"Eh neng cherry" Kini ia menghampiriku.

Aku hanya tersenyum sembari menyambutnya dengan mencium tangan kanannya sebagai tanda hormat kepada orang yang lebih tua.

"Aduh neng geulis nuhun pisan ya sudah menjaga si mpret (Mpret sapaan akrab mas prams dalam keluarganya)" Ucapnya dengan logat sunda. Dari cara bicaranya aku sudah bisa menebak bahwa perempuan itu adalah orang tua mas prams.

"Wa.. Ambilkan celana dalamku" Teriak ega dari balik pintu kamar mandi.

"Ambil sendiri atuh neng, uwa teh lagi berbincang dengan calon mantu" Ucapnya seperti sengaja mengabaikan ega.

"Uwa teh kumaha, neng di suruh keluar dalam keadaan telanjang kitu?" Protes ega dengan logat sunda.

Lihat selengkapnya