Ckrekk!!
Ponsel mas prams mengeluarkan suara, ia terlihat sibuk membingkai wajahku di kamera ponselnya.
"Apa yang kamu lakukan?" Aku mulai beranjak berusaha merebut ponselnya.
"Jangan di hapus!!" Teriaknya ketika ponsel itu sudah berada di tanganku.
"Hm.." Aku bergumam melihat poto hasil jepretan mas prams yang tidak pernah bagus itu. Tentu saja aku tidak menghiraukan ancamannya, dengan sekali tanda saja aku telah berhasil menghapus beberapa poto yang menurutku jelek.
"Jika kamu keberatan dengan apa yang aku lakukan, kamu boleh mengabaikanku ratusan kali atau bahkan ribuan kali. Karena aku memang tidak punya hak atas itu. Tapi, aku mohon jangan memintaku untuk berhenti mengagumiku. Aku tidak akan pernah bisa berhenti. Biarkan aku sekedar menjadi penggemarmu. Kamu tau poto-poto itu sangat penting bagiku, kenapa kamu menghapusnya?" Ucapnya dengan wajah terlihat kecewa.
"Pidato pak?" Dengan begitu santainya aku menggoda mas prams yang terlihat sedang menahan amarahnya.
Mas prams mulai diam dengan tangan sibuk menggeser layar ponselnya ke kiri dan ke kanan seperti sedang mencari poto-potoku yang telah hilang.
"Tapi, serius kamu tampan ketika sedang marah" Aku masih berusaha menggodanya.
Tidak ada tanggapan dari mas prams, bahkan ekspresi wajahnya masih sama seperti tadi, hanya matanya yang perlahan mulai terpejam dengan sebelah tangan memegangi dadanya. Sepertinya mas prams memang sedang tidak bercanda, ia seakan sedang berusaha menekan emosi yang bergejolak di dalam dadanya.
Clap!
Aku mengambil ponsel dari tangan mas prams. Lalu, aku mulai membungkukkan tubuhku agar bisa sejajar dengan posisinya yang sedang terbaring. dengan begitu enteng ku dekatkan wajahku ke wajah mas prams.