Tas 25 juta itu bukanlah permintaanku yang sebenarnya. Jika sebelumnya mas prams memintaku untuk menjawab pernyataan cintanya dengan serius, maka aku sebagai pemenang taruhan pun memintanya untuk kembali menyatakan cinta dengan serius. Entah pernyataan cinta seperti apa ini? Pernyataan dan jawaban seakan tak kunjung bertemu. Ketika mas prams menyatakan, aku enggan menjawab. Ketika aku siap menjawab, mas prams enggan menyatakan. Lagi-lagi seperti itu.
Lihat bagaimana keberanian mas prams mendadak ciut menerima tantangan dariku, padahal tadi ia bisa mengutarakan isi hatinya dengan gamblang bahkan tanpa aku minta.
"Ini serius harus di ulang?" Ucapnya mulai cengengesan.
"Hooh.. Kenapa?"
"Tidak apa-apa. Jantungku dag dig dug" Ucapnya mulai menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya ke atas. Iya mas prams mendongakkan kepalanya ke atas sembari memejamkan matanya beberapa detik seperti sedang mengumpulkan keberaniannya yang telah melayang entah ke mana.
"Bintangnya indah ya" Ucapnya masih dengan tatapan ke atas.
"Biasa aja" Jawabku apa adanya.
"Hahaha.. Jawabanmu yang seperti ini terkadang membuat nyaliku ciut" Mas prams malah tertawa sendiri sembari mulai mengaduk secangkir kopi kesukaannya.
Satu menit berlalu...
Tangannya masih berputar di permukaan gelas. Entah sampai kapan ia akan mengaduk secangkir kopi yang sebenarnya sudah dingin itu. Suara gesekan antara sendok dan gelas sesekali menimbulkan suara berdenting seakan menjadi irama di antara diamnya.
Hemm.. Hemmm...
Suara berdehem keluar dari mulutnya seakan ada dahak yang tersangkut di rongga tenggorokkannya. Matanya menatap gelisah pada setangkai mawar yang terletak di antara tangannya.
"Ini untukmu" Mas prams memecah keheningan dengan memberikan setangkai mawar tak bertuan itu padaku.