Aku, Kau dan Dia

Rani Selviani
Chapter #1

Menanam Sesuatu Yang Buruk

Pagi hari yang cerah, burung berkicau dengan suara yang indah. Sinar matahari yang menembus melalui jendela. Gadis yang tengah tertidur pulas itu mulai membuka matanya perlahan sambil menyesuaikan cahaya yang masuk menyinari manik mata hitam miliknya. Ia mengedarkan pandangannya ke arah nakas di sampingnya. Terlihat jam di sana menunjukkan tepat pukul setengah tujuh pagi.

Ia beranjak dari kasur, berjalan perlahan untuk membuka tirai jendela. Ia hampir saja terjatuh karena tersandung sepatu yang ada di lantai. Kamarnya sangat berantakan, baju berceceran dimana-mana. Buku-buku tergeletak di lantai, di atas sofa bahkan di atas kasurnya pun ada. 

“Hoamm.. baru jam 7 kurang, tapi udah melek aja nih mata.” gumam gadis itu dengan merenggangkan tangannya ke atas kepala. Menghirup udara segar yang masuk melalui jendela.

'Aah, kamar berantakan sekali. Mau beresin tapi males, ah ya sudahlah beresin sekarang aja' pikirnya.

Gadis itu bernama Kesya Az-Zahra, dipanggil dengan panggilan Kesya. Ia berumur 17 tahun, ya tentu kalian tahu ia masih SMA. Kesya sangatlah pemalas dalam membersihkan kamar. Bahkan mandi pun di hari libur itu sangat jarang. Hanya saja yang ia tak mengerti, kenapa dirinya itu cantik padahal jarang mandi? Bukan dia sendiri yang bilang begitu, tapi temannya pun berkata seperti itu. Hah! Ia sendiri pun tak tahu kenapa.

Kesya mulai membersihkan kamarnya yang sudah seperti ‘kapal pecah' itu. Mulai dari mengumpulkan buku yang tergeletak dimana-mana dan diletakkan di rak buku. Lalu memunguti pakaiannya yang kotor dan di letakkan dalam keranjang baju kotor. Menyapu lantai kamarnya, merapikan tempat tidurnya. Dan tak terasa waktu sudah berlalu selama 1 jam. Peluh membasahi tubuhnya dan lelah menyerang seluruh tubuhnya.

'Ini jauh lebih rapi dan sangat melelahkan!’ teriaknya dalam pikiran. 

Tak terpikirkan oleh Kesya, bagaimana rasanya jika sudah menjadi seorang Istri. Pasti sangat melelahkan bahkan lebih menguras tenaga dari apa yang ia kerjakan beberapa saat yang lalu.

Ia membaringkan tubuhnya di kasur dengan mengibaskan tangannya. Sekarang sudah jam setengah delapan, lalu apa yang harus dilakukan hari libur ini? Jalan-jalan keluar rumah, ke taman? Ah tidak, itu bukanlah kebiasaannya. Ia lebih senang di dalam kamarnya, membaca buku novel atau memainkan game di handphone miliknya.

Drrttt..

Handphonenya bergetar tanda pesan masuk. Kesya meraih handphonenya, melihat nama yang tertera di layar tersebut. Detik berikutnya ia langsung terduduk di atas kasur dengan perasaan yang amat sangat senang.

'Candra kirim pesan apa ya?’

Candra adalah kekasih Kesya sejak ia kelas 2 SMA. Nama lengkapnya adalah Adi Candra Saputra. Dia anak pengusaha kaya. Umur mereka hanya terpaut dua tahun yang artinya saat ini Candra berumur 19.

Tanpa pikir panjang lagi, ia langsung membuka isi pesan itu. Ia mulai membaca dalam hati dan matanya seketika membulat. Candra mengajaknya jalan keluar atau biasa disebut kencan. Seakan ia melayang di udara dengan bunga yang bertaburan ikut melayang. Dengan cepat ia menyingkirkan lamunannya. Ia langsung bergegas turun dari kasur berjalan ke kamar mandi.

Dua puluh menit berlalu, Kesya akhirnya selesai dengan kegiatan mandinya. Ia membuka lemari pakaian dan memilih baju kaos lengan pendek berwarna hijau tua dipadukan dengan celana jeans hitam dan rambut hitam panjang yang ia biarkan terurai.

'Hn... Candra tumben banget ngajak jalan, kira-kira ada apa ya?’ pikir Kesya dengan mengoles tipis liptin di bibir ranumnya. 

“Nah sudah selesai.” gumam Kesya, ia berdiri mengambil tas selempang senada dengan celananya, tak lupa beberapa barang penting ia masukkan ke dalam tas itu.

Di ruang keluarga Kesya menemui sang Ibu, Kay Diara tengah duduk menonton TV seorang diri. Diara menolehkan kepalanya saat merasa ada seseorang di sampingnya. Ia melihat anak gadisnya yang sudah sangat rapi dan cantik.

Belum sempat Diaraa membuka mulutnya untuk bertanya, Kesya sudah lebih dulu bersuara. “Bu, Kesya mau pergi jalan sama Candra.” Kesya dapat merasakan degup jantungnya yang terus berpacu seperti seseorang sedang lari maraton. Ia sangat gugup, bahkan saat ini keringat mulai membasahi keningnya.

Diara menatap anaknya dengan tatapan yang sulit di mengerti oleh Kesya. “Mau kemana?” tanya Diara.

‘Mampus lu Sya, Ibu nanya mau kemana' pikir Kesya.

Kesya mengelap peluh di keningnya lalu berujar. “Hn.. mau main Bu, jalan-jalan.” Kesya berujar dengan suara yang bergetar karena gugupnya. Suara motor berhenti di depan rumah mereka, membuat pembicaraan antara anak dan Ibu tersebut terhenti.

'Itu pasti Candra, ah beruntung dia datangnya tepat waktu.’

“Bu, itu Candra sudah sampai. Hmm... Aku berangkat sekarang ya, Bu.” Kesya berpamit pada sang Ibu yang sudah berada di luar rumah bersama Kesya. Tak lupa Kesya mencium punggung tangan Diara. 

Candra turun dari motor, berjalan mendekati kedua wanita yang masih berdiri di ambang pintu. 

“Assalamualaikum Bu, Sya.” suara Candra menginterupsi kegiatan anak dan Ibu tersebut. 

Diara menolehkan kepalanya ke arah Candra. “Mau pergi jalan ke mana Can?” tanya Diara.

“Ah itu Bu, kita mau jalan ke taman sekalian nanti ke kafe.” ujar Candra menjelaskan kepada Ibu dari kekasihnya.

“Ya sudah pergilah. Hati-hati bawa motornya, jangan pulang malam.” ujar Diara, ia melambaikan tangannya dan di balas lambaian tangan oleh Kesya. Setelah Kesya menghilang dari pandangannya, ia masuk ke dalam rumah tak lupa mengunci pintunya.

🍂🍂🍂

“Can, aku ke sana ya.” Kesya menunjuk penjual es krim di dekat mereka dengan mata yang berbinar-binar. 'Kesya sangat lucu.’ Batin Candra.

Saat ini mereka sudah berada di taman, ya walaupun hanya duduk dan mengobrol saja. Namun, itu sudah sangat menyenangkan bagi Kesya.

Candra menolehkan kepalanya melihat arah yang ditunjuk oleh Kesya. “Hn.. ya sudah, aku ikut ya.” ujar Candra dan langsung mendapat anggukan dari Kesya.

Mereka berjalan menuju penjual es krim yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Sampai di tempat penjual es krim, Kesya langsung memesannya dan itu semua tak luput dari perhatian Candra.

“Pak, es krimnya 1 yang rasa coklat.” ujar Kesya. Ia menolehkan kepalanya melihat ke arah Candra.

“Can, mau beli es krim juga nggak?” tanya Kesya. Beberapa detik berlalu, Candra tak lantas menyahuti perkataannya dan barulah ia sadar jika lelaki itu sedang melamun.

‘Candra kok melamun sih,’ pikir Kesya.

Ia melambai-lambaikan tangannya tepat di depan wajah Candra. Seketika keningnya berkerut menandakan ia sedang bingung.

“Kak Candra!” panggilnya lagi. Candra tersentak kaget, ia melihat kening gadisnya berkerut dengan bibir yang di majukan.

“Eh, iya kenapa?” tanya Candra. Kesya mengentakkan kakinya kesal, ia memalingkan wajahnya ke arah yang lain.

'Huh.. Candra lamunin apa sih, sampai aku tanya masa nggak dengar,' batinnya.

Si penjual es krim terkekeh melihat tingkah dua sejoli yang tengah bertengkar kecil.

“Neng ini es krimnya.” penjual es krim itu menyodorkan es krim yang di pesan oleh Kesya ke arahnya. 

Kesya mengabaikan Candra yang bingung akan tingkahnya. Lagi pula siapa yang menyuruh Candra melamun? Penjual es krim saja pasti mendengar yang ia tanyakan, kenapa Candra justru sebaliknya.

Lihat selengkapnya