Aku, Kau dan Dia

Rani Selviani
Chapter #2

Tenggelam dalam Kegelapan

Tiga hari berlalu

Kesya mendelik tajam, menyesali perbuatannya tiga hari yang lalu. Ia sangat kesal dan sedih secara bersamaan. Bagaimana tidak? Di satu sisi, dirinya kesal karena Candra tak memahami dirinya dan tak mau mengerti keadaannya saat itu. Di sisi lain, ia sedih sebab hubungannya dengan Candra sedang dalam masalah.

Ya tentu, apalagi jika bukan masalah sepele yang di besar-besarkan oleh kekasihnya sendiri. Kesya duduk di atas kasurnya sambil memakan keripik kentang dengan sangat rakusnya.

“Selalu saja berakhir kayak hari ini. Padahal 'kan waktu itu bukan aku yang deketin dia.” gumam Kesya dengan menatap tajam ke arah gadgetnya yang ada di lantai.

FLASBACK

Kesya sibuk memakan lontong sayurnya. Mengabaikan Malik yang sesekali melirik dirinya dari ekor matanya. Ia bersikap acuh tak acuh pada Malik. Entah kenapa, ia jadi merasa bersalah karena telah makan berdua bersama lelaki lain. Tetapi itu bukan di sengaja, jadi ia pikir tak akanlah Candra marah hanya karena masalah kecil.

Kesya yang fokus dengan dua hal, yaitu makan dan berpikir. Pun tak menyadari gerak-gerik Malik. Ia tersadar dari lamunannya saat jari tangan Malik mengusap pinggiran bibirnya yang berlepotan kuah lontong sayur.

Kesya mendongakkan kepalanya melihat Malik. “Jangan salah paham, tadi itu di pinggir mulut kamu ada kuah lontong sayurnya. Jadi, aku lap pake tisu deh. Kamu juga kayaknya lagi melamun pas makan. Lagi pikirin apa?” Malik menjelaskan maksud dirinya beberapa menit yang lalu. Ia kembali melanjutkan memakan nasi goreng miliknya. 

Kesya merasakan detak jantungnya yang sedikit tidak normal akibat ulah Malik beberapa saat lalu. “Lo 'kan bisa bilang aja ke gua, nggak perlu di lap-in juga kali, Lik.” ujar Kesya dengan nada suara ketus.

“Iya dah, gua salah. Gua minta maaf ya.” Malik menatap gadis yang ada di hadapannya dengan tatapan mata yang sulit di artikan. Kesya memutar bola matanya bosan. Namun, hatinya tersentuh oleh perkataan maaf dari lelaki di hadapannya sekarang.

'Hahh.... Candra aja sudah jarang minta maaf ke kamu, Sya. Sedangkan nih cowok, iya cowok di depanmu ini, minta maaf karena kesalahan yang sebenarnya bertujuan membantu, yah walau hanya membersihkan Pinggir mulutmu yang ada sisa kuah makanan,' batik Kesya.

Kesya bangkit dari duduknya saat ia sudah selesai dengan acara makannya. Perutnya pun sudah tak berbunyi lagi, yang berarti perutnya sudah kenyang. Baru saja Kesya ingin melangkahkan kakinya, suara Malik menghentikan langkahnya.

“Sudah makannya, Sya?” tanya Malik yang kemudian memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya.

Kesya memutar balik badannya dan menjawab. “Iya sudah, lagi juga ngapain gue lama-lama makan. Kenapa?” ujar Kesya.

Malik berdiri dan berjalan melewati Kesya seraya berbisik, “Biar gua yang bayar makanan lo. Lo mau lagi, pesan aja. Entar gua yang bayar-in.” Kesya melongo mendengar ucapan Malik.

‘Tolak atau nggak nih? Kalau tawarannya di tolak sayang. Kalau nggak di tolak, nggak enak sama Malik,' pikir Kesya.

“Ah.. ya sudahlah Sya, rezeki jangan di tolak, hihihiii.” gumam Kesya dengan terkikik setelahnya. Ia kemudian menyusul Malik yang sudah berada di tempat kasir untuk membayar.

Malik menoleh ke samping kanannya yang terdapat Kesya. “Apa Sya, mau pesan lagi nggak buat bawa pulang?” sekali lagi Malik bertanya untuk memastikan. Kesya mengangguk dengan antusias. Malik dibuat terkekeh kecil oleh kelakuan Kesya yang baginya sangat-lah menggemaskan.

“Bu, tolong bungkus beberapa yang dibilang sama temen saya ini ya.” ujar Malik dengan menunjuk ke arah Kesya.

“Oke.. siap.” sahut Ibu penjualnya. Kesya terkekeh lantaran ibu penjual itu seperti anak ABG yang gaul.

Kesya mulai menyebutkan beberapa macam jenis makanan yang ia inginkan. Dan ibu penjual pun dengan sangat cepat membungkus semua yang diucapkan oleh Kesya.

“Sudah? Itu aja? Nggak ada yang lain?” pertanyaan bertubi-tubi keluar dari mulut Malik. Ah tidak, bukan pertanyaan menyudutkan dirinya atau menyinggung perasaan.

Kesya meringis malu dengan tingkah laku dirinya. Toh itu bukan salahnya. Pada dasarnya Maliklah yang menawarkannya lebih dulu. Kan rezeki itu tidak boleh di tolak.

“Iya, sudah. Bener nih nggak apa-apa, Lik? Entar ada yang marah sama kamu?” tanya Kesya dengan sedikit penekanan. Ia menatap Malik dengan wajah yang merasa bersalah. Sebaliknya, Malik justru memasang wajah dengan kedua sudut bibirnya yang tertarik menjadi seulas senyuman yang terlihat 'manis'.

‘Ish apa sih Sya, inget udah ada cowok,' pikir Kesya.

“Nggak apa-apa. Lagi juga, siapa yang mau marah sama aku. Toh uang ini punya aku sendiri.” Kesya memasang senyum di wajahnya. Ia mengambil semua makanan yang sudah terbungkus rapi yang ada di dalam plastik.

Kesya melihat Malik mengeluarkan selembar uang berwarna merah atau pink. Entah warnanya seperti itu, yang jelas nominal uang itu sebesar 100 ribu. Kening Kesya sedikit berkerut, ia bingung dari mana lelaki itu mendapatkan uang banyak? Padahal umurnya sama dengan dirinya.

Malik melambaikan tangannya di depan wajah Kesya. “Sya, nggak mau pulang? Mau nginep di warung ibu ini, kamu!” ujar Malik yang melihat Kesya bergeming di tempatnya berdiri.

Kesya yang masih dapat mendengar ucapan Malik pun mendelik tajam ke arah lelaki itu. “Ya mau pulanglah. Masa iya nginep di warung si ibu sih. Lo aja yang nginep kalau mau.” ujarnya dengan memukul kecil lengan Malik. Malik hanya terkekeh geli.

Mereka berdua berjalan keluar dari warung itu bersama-sama. Karena rumah mereka searah, Malik pun mengantar Kesya pulang. Beberapa menit kemudian, mereka sampai di depan rumah Kesya.

“Makasih ya, Lik udah beli-in gue makanan banyak. Hihiii....” ujar Kesya dengan terkikik setelahnya. Ia berbalik berjalan menjauh dari pagar rumahnya yang terdapat Malik berdiri di sana.

“Iya sama-sama, Sya. Gua balik sekarang ya!” seru Malik yang membalas lambaian tangan Kesya.

🍂🍂🍂

Kesya membaringkan tubuhnya di atas kasur. Ia mulai bosan mengunyah keripik kentang miliknya. Ia bingung harus melakukan apa lagi saat ini. Kesya menolehkan kepalanya ke samping, melihat jam yang ada di sana menunjukkan pukul setengah lima sore.

“Hahhh.... Dari pada puyeng mikirin si Candra yang lagi ngambek mendingan aku mandi aja.” gumam Kesya sambil bangkit dari kasur, berjalan mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Lihat selengkapnya