Kesya berjalan mengikuti Malik yang menariknya pergi dari kantin. Ia sangat bersyukur karena Malik membantu dirinya pergi dari sana. Entah apa yang akan terjadi jika ia masih di sana sekarang.
Ia menatap punggung lelaki yang masih setia menggenggam tangannya. Hatinya menghangat, tapi bagaimana bisa dirinya tak tertarik terhadap lelaki seperti Malik? Lelaki itu tampan, ganteng? Iya. Kaya? Iya, bahkan lebih dari Candra. Pintar? Apalagi ini, lebih pintar dari pada dirinya. Terus kenapa Kesya tak tertarik? Mungkin, karena saat ini hatinya masih ada nama orang lain.
Tiba-tiba saja Malik berhenti, ia pun ikut berhenti tepat di belakangnya. Malik berbalik, melihat Kesya yang mendongakkan kepalanya menatap dirinya. Mata mereka bertemu tatap dalam waktu beberapa detik.
“Kenapa Lo narik gue ke sini, Malik?” tanya Kesya untuk menghilangkan kebisuan di antara mereka berdua.
“Hn... Gua juga nggak tau, kenapa tiba-tiba gue bawa Lo ke taman sekolah ya.” Sahut Malik dengan wajah yang mengeluarkan raut bingung.
Kesya mengedikkan bahunya. Ia lebih memilih duduk di bangku taman di dekatnya. Kesya menatap Malik yang masih berdiri. Entah, ia tak tahu apa yang sedang di pikirkan oleh lelaki itu.
“Malik...” panggil Kesya yang membuat Malik menoleh menatapnya.
“Hn..” sahut Malik dengan berdeham. Ia menyurai rambutnya ke belakang.
“Makasih.” Malik mengerutkan keningnya bingung setelah mendengar ucapan terima kasih dari Kesya. Kesya yang seolah mengerti, pun kembali mengeluarkan suara.
“Maksudnya, makasih tadi lo sudah bantu gua di kantin. Gua nggak tau lagi, kalau semisalnya pas di kantin nggak ada lo.” ujar Kesya. Tiba-tiba saja Malik ikut duduk di samping Kesya dengan menghadap ke arah gadis itu.
“Nggak usah bilang terima kasih, lagi pula gua bantu lo, karena gue nggak mau kalau lo kenapa-kenapa.” ujar Malik yang sedang menatap Kesya dengan serius. Deg.... Entah kenapa Kesya merasa sedikit kecewa mendengar jawaban dari Malik. 'Astaga, Sya. Kok lo ngerasa kecewa sih?’ pikir Kesya. Kesya tanpa sadar memukul keningnya sendiri. Ah ia bahkan tak menyadari tingkahnya saat ini.
“Kamu kenapa, Sya?” tanya Malik. Kesya tersadar dari lamunannya, ia melirik ke arah Malik yang menatapnya kikuk.
“Eh.. hehee, nggak kenapa-kenapa kok. Masuk ke kelas yuk, bentar lagi bel bunyi.” Ajk Kesya yang langsung berdiri tanpa menunggu jawaban dari Malik. Ia sangat malu dengan tingkahnya sendiri. Ada apa dengan dirinya? Kenapa dia jadi begini?
Malik berdiri dan mengikuti Kesya di depannya. “Lo ngajak balik ke kelas, tapi nggak tunggu gue jawab dulu! Emang dasar ya seenaknya kayak jidat lo yang lebar!” Malik berujar dengan nada bercanda. Itu tak di masukkan Kesya ke dalam hati, karena ia biasa mendengar ucapan bercanda yang renyah dari Malik.
Kesya berbalik ke belakang menatap Malik. Kedua jari telunjuknya ia letakkan di bawah kantung matanya dan menariknya ke bawah. Kesya membuat wajah konyolnya di depan sahabatnya itu. Malik mengulum senyumnya.
“Nggak lucu, wlee!” ujar Malik yang menjulurkan lidahnya membalas tingkah Kesya. Setelahnya Malik berlari melalui gadis di hadapannya.
“Ish.. Malik! Awas ya gua kejar lo, kalau ke tangkap harus belikan apa yang gua mau!” ujar Kesya dengan berteriak dan mengejar Malik.
“Oke, setuju!” jawab Malik meremehkan tantangan Kesya. Mereka berdua berlari meninggalkan taman sekolah. Melewati lorong-lorong kelas dan alhasil mereka berdua menjadi pusat perhatian para murid yang mereka lalui.
Tinggal beberapa sentimeter lagi Kesya akan meraih tangan Malik, tiba-tiba ia terjatuh dan mengaduh kesakitan. Malik yang mendengar suara Kesya pun langsung berbalik. Lelaki itu mendapati Kesya yang terduduk dilantai kelas XI-IPA.
“Aduh siapa sih yang sandung kaki gua.” gumam Kesya sambil mengelus-elus lututnya yang masih sakit. Ada sedikit darah yang keluar dari sana, tapi itu tak terlalu sakit bagi Kesya.
Malik sedikit berlari ke arah Kesya. Ia berjongkok tepat di samping Kesya. “Sya! Lo nggak apa-apa? Kenapa sampai bisa jatuh?” Malik melontarkan pertanyaan bertubi-tubi pada Kesya.
Kesya berusaha untuk berdiri dan dibantu oleh Malik. “Nggak tau tuh, tadi kaki gue ke sandung kaki orang lain. Tapi pas gua lihat nggak ada siapa-siapa.” ujar Kesya.
“Ya sudah, gua anter ke UKS ya.” tawar Malik. Kesya pun mengangguk menyetujui. Malik membantu Kesya berjalan menuju ruang UKS.
Setelah mereka pergi dari depan kelas XI-IPA, terlihat seorang gadis yang keluar dari tempat bersembunyinya. Gadis itu memberengut kesal menatap dua orang yang telah pergi berlalu dari sana.
“Kenapa sih, Kesya harus di dekat Malik! Apa kelebihan yang dia miliki yang nggak gue punya!” gumamnya. Gadis itu tak lain adalah Manda.
🍂🍂🍂
Di kelas XII-IPA
“Malik, makasih hari ini lo udah banyak banget bantuin gue.” ujar Kesya dari tempat duduknya. Kesya duduk di kursi depan dekat pintu masuk kelas. Sementara di belakang Kesya ada Malik duduk di sana.
Malik memasang senyum termanis yang ia punya. “Iya sama-sama, nggak perlu sungkan meminta bantuan sama gua.” Kesya mengangguk dua kali dengan senyuman di bibirnya.
Murid yang ada di dalam kelas melihat ke arah Kesya dengan tatapan iri, kesal dan benci. Kesya dapat merasakannya, walau ia tak serta-merta melihatnya secara langsung. Indra pendengarnya pun dapat mendengarkan mereka bergosip tentang dirinya.
“Sudah, nggak usah di dengerin oke.” ujar Malik seolah tahu apa yang ada di dalam pikiran gadis itu.
“Oh iya, kan tadi Lo ke tangkap sama gua. Jadi, pulang sekolah langsung berangkat beli yang gua mau. Gimana setuju?” tanya Kesya dengan tersenyum.