~~~
Percaya dalam suatu hubungan itu penting. Tapi, jangan pernah terlena dari sesuatu yang indah karena itu belum tentu indah. Bacause, that looks beautiful is not necessarily beautiful.
~~~
Sepulang dari sekolah Kesya tak langsung ke rumah. Ya saat ini ia sedang di rumah Malik, namun ia telah izin terlebih dahulu pada sang Ibu. And than, ia melihat Malik yang sedang fokus mengetik sesuatu di laptop miliknya. Mereka berdua ada di halaman belakang mansion Malik.
“Malik..” panggil Kesya. Ia tak jauh dari lelaki itu yang tengah duduk di kursi tepat di depannya. Malik berdeham tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.
“Laper nih, ada makanan nggak?” ujar Kesya yang langsung membuat Malik menolehkan matanya meninggalkan layar laptop. Mata mereka bertemu beberapa saat sebelum Kesya mengalihkan pandangannya ke arah yang lain.
“Lapar? Tapi di dapur nggak ada makanan, kan bukan jam makan.” ujar Malik. Kesya meletakkan kedua tangannya di atas meja lalu memajukan wajahnya menatap ke arah Malik.
“Tapi, ada bahan-bahan yang bisa di masak?” tanya Kesya dengan serius. Malik mengangguk dengan senyum di bibirnya.
“Ya sudah, biar gua yang masak. Kamu mau makan juga nggak, Lik?” tanya Kesya.
“Eh.. tapi boleh nggak nih bahan-bahan yang di dapur rumah kamu aku masak?” tanya Kesya lagi! Malik tampak berpikir serius mendengar ucapan Kesya. Ia yang melihat itu pun jadi tak enak hati, padahal ini rumah milik keluarga Malik kenapa ia justru bisa berkata dengan mudah untuk memasak bahan makanan di rumah ini?
Lamunannya buyar ketika Malik mengeluarkan suara. “Ya tak masalah. Kau bebas ingin memasak apa pun itu.. dan juga anggap saja ini rumahmu sendiri. Ibuku juga sangat menyukaimu dan Ibu juga bilang kalau kamu mau masak, ya masak saja. Seperti itu.” Malik menjelaskan dengan panjang lebar tanpa memedulikan tatapan Kesya yang seperti orang bingung.
'Sejak kapan Ibu Malik mengenal aku? Dan ia saja baru bertemu hari ini, itu pun hanya sebentar. Ya walaupun memang terlihat Ibunya menyukaiku. Tapi bagaimana bisa begitu?’ pikir Kesya dengan tatapan kosong.
“Aah.. maaf Sya. Sebenarnya Ibu baru bilang pas lo udah jalan lebih dulu ke halaman belakang.” ujar Malik berbohong. Ia akan sangat malu jika Kesya tahu selama ini dirinya sering bercerita kepada sang Ibu tentang gadis itu.
“Ah.. begitu hahahaha.. ku kira kau selalu bercerita tentang diriku pada Ibumu.” ujar Kesya dengan senyum. Malik tersenyum kikuk dengan menghela nafas pelan.
“Ya sudah, masuk saja kalau mau masak.” Malik kembali fokus pada laptopnya mengerjakan tugas sekolah, seperti yang telah diajarkan oleh Kesya. Kesya berdiri dan melirik ke arah Malik. Menunggu lelaki itu ikut bangkit dan menemaninya di dapur. Tetapi, Malik justru kembali menggerakkan jarinya dengan lihai di keyboard.
Kesya menunggu dengan tetap berdiri di samping lelaki itu dan melihat Malik mengetik dengan sangat fokus. Tiba-tiba saja Malik berhenti melakukan aktivitasnya. Menolehkan kepalanya ke kiri dan mendapati Kesya berdiri di sana.
“Kesya? Tadi katanya mau masak, laper. Terus kenapa belum ke dapur?” tanya Malik yang sudah membalik badannya menghadap Kesya dengan tangan kanan yang menyangga kepalanya.
“Emm.. itu.. lo juga ikut ke dapur dong.” ujar Kesya dengan terbata-bata. Malik tiba-tiba saja tersenyum. Entah apa yang dipikirkan oleh lelaki itu, Kesya tak tahu.
“Cie.. ada yang pengen di temani.” ledek Malik. Kesya mendelik kesal. Malik terkekeh melihatnya. Kesya berbalik dan langsung meninggalkan Malik di sana. Malik dengan cepat mengikuti Kesya tak lupa juga membawa laptopnya.
“Sya.. jangan marah, gue cuma bercanda kok!” teriak Malik yang sambil berlari menyusul Kesya. Gadis itu tak menjawab dan tak berhenti berjalan.
Bahkan sampai mereka di dapur pun. Kesya tak juga membuka suara. Malik dibuat merasa bersalah oleh Kesya. Menurutnya, Kesya tak biasanya seperti ini. Ya walaupun terkadang dia kesal tapi tak sampai seperti sekarang. Mendiamkan Malik dan tak melihat ke arahnya barang sedetik pun.
Kesya mendengus kesal. Ia mulai mengambil bahan makan yang ada di kulkas. Ia bahkan mengabaikan perkataan yang dilontarkan oleh Malik. 'Sya, jangan kesel dong. Kesya, udah dong marahnya masa sampai nggak mau ngejawab gue sih. Sya, gue cuma bercanda masa marah begitu sih.’
Seperti itulah yang di dengar Kesya selama ia terus sibuk memasak. Mungkin, mulutnya tak berbicara dan mengeluarkan suara tapi pendengarannya masih sangat jelas. Akhirnya setelah beberapa menit, Kesya tak lagi mendengar Malik mengeluarkan suara.
'Sorry, Lik. Gue benar-benar lagi nggak mood di ajak bercanda. Tapi gue tau kok, Lo nggak bermaksud sakiti perasaan gue,' batinnya.
Setengah jam berlalu. Kesya sudah selesai memasak. Ia memasak soto ayam. Bahkan makanan itu sudah berada di atas meja makan. Kesya melihat Malik yang masih fokus mengerjakan tugas miliknya.
Kesya duduk di kursi sebelah Malik, tapi lelaki itu tak mengeluarkan suara juga. Merasa canggung dengan suasana, akhirnya ia memberanikan diri membuka suaranya lebih dulu.
“Malik...” ujar Kesya dengan suara lirih, namun dapat didengar oleh Malik. Ia hanya berdeham sebagai balasan.
Sebenarnya ia sedari tadi memperhatikan gadis itu memasak. Mulai dari membersihkan sayur dan ayam. Lalu memotongnya bahkan sampai selesai memasak pun tak luput dari pandangan Malik. Hanya saja, Malik berpura-pura seakan ia tak memperhatikan apa yang dilakukan oleh Kesya.
“Sudah dulu dong ngerjain tugasnya. Makan dulu nanti baru lanjut kerjainnya.” ujar Kesya dengan memindahkan laptop di depan Malik ke kursi kosong sebelahnya. Malik tak juga menjawab. Ia justru memapah dagunya dengan tangan di atas meja.
“Ish... Jangan buat kesel, deh! Hahhh.. maaf, sebenarnya gua takut sendirian apalagi rumah lo gede gini. Dan lagi, gue juga nggak enak, Malik masa iya gua tamu main masuk-masuk rumah orang tanpa tuan rumah.” Kesya berujar menjelaskan alasannya mengajak Malik untuk menemani dirinya. Malik mengulum senyum di bibirnya.
'Aku gemas banget, Sya. Lihat kamu kayak gini. Seandainya, kamu belum ada yang miliki.’
“Iya Sya. Malik ngerti kok. Yuk, kita makan yang kamu masak nanti ke buru dingin.” sahut Malik yang langsung antusias mengambil mangkuk yang sudah berisi soto buatan Kesya. Malik langsung memakannya.
“Wahh.. enak loh Sya. Kayaknya kamu cocok jadi istri aku.” Kesya tersenyum mendengar perkataan Malik. Namun, detik berikutnya ia terkejut dan terbatuk-batuk akibat tersedak kuah soto.