Aku, Kau dan Dia

Rani Selviani
Chapter #7

Mencintaimu

~~~

Mencintaimu adalah kebahagiaan tersendiri bagiku. Tetapi, apakah salah karena mencintai orang sepertimu? Apa yang salah terhadap rasa cinta ini? Sampai mencintaimu sebagai hal yang menyulitkan bagi diriku. Kenapa? Kenapa aku harus menahan sakit yang begitu mendalam atas cintaku padamu?

~~~

Keesokan harinya

Kesya memilih tak sekolah hari ini. Padahal tinggal beberapa hari lagi ujian kelulusan akan di adakan. Ia mengurung diri di kamar. Tak menyahuti panggilan dari sang Ibu, Diara. Memilih berbaring di atas kasur tanpa merasa lapar atau pun haus. Ia meringkuk bak anak kecil.

Sampai siang hari pun sang Ibu masih datang menyuruhnya untuk makan. Namun, Kesya tetap bungkam. Tak ada niat membuka pintu atau bahkan untuk menjawabnya. Ia begitu malas untuk berinteraksi dengan seseorang. Ia hanya ingin Candra di dekatnya.

Terdengar suara ketukan pintu lagi. Ia hanya menatap pintu itu, tak berniat membukanya. Tetapi, saat ia mendengar suara seseorang yang memeluknya dengan seenaknya saat sedih. Entah kenapa hatinya sedikit senang, ia langsung bangkit dari kasur dan berjalan mendekati pintu.

“Sya... Ini gue Malik. Buka pintunya dong.” ujar Malik. Ia berdiri di depan pintu kamar Kesya. Saat ia mendengar kabar di sekolah tentang Kesya. Ia langsung ke rumah gadis itu setelah pulang sekolah.

FLASBACK

Malik berjalan melewati lorong sekolah yang terdapat murid berlalu lalang. Ia sayup-sayup mendengar murid lain menyebut nama Kesya. Ia awalnya mengabaikan itu. Namun, saat salah satu teman laki-lakinya berkata padanya, 'Kau sudah mendengar kabar tentang Kesya. Katanya ia tak sekolah akibat masalah ia melakukan hal di luar batas. Semua murid di sini sudah mengetahui itu.’ Seperti itulah yang di dengarnya.

Malik yang baru saja mengetahui itu tentunya panik. Ia sedikit berlari menuju kelas dan tak mendapati Kesya ada di sana. Ia berjalan menuju kursinya dan meletakkan tasnya. Manda tiba-tiba datang dan memeluk lengannya.

Malik mendelik tajam. “Lepaskan! Atau kau mau aku keluarkan dari sekolah ini, detik ini juga!” ancam Malik yang menatap Manda dengan tatapan jijik. Ia sudah dapat menebak yang melakukan semua masalah yang terjadi pada Kesya adalah Manda.

“Apa sih yang lebih dari Kesya! Aku lebih cantik dari dia. Lebih kaya dari dia. Dia itu 'bekas' orang lain.” Manda menekankan kata 'bekas' dan itu membuat Malik murka. Malik mencengkeram sebelah lengan Manda dengan tangan kanannya.

Manda meringis merasakan sakit di lengannya. “Sa-sakit Malik. Lepaskan.”

“Sakitkan? Lo tau apa yang di rasain gadis itu, lebih sakit dari ini!” Malik bisa merasakan tubuh Manda bergetar dengan tangannya yang lain mencoba melepas cengkeraman tangannya.

“Kalau Lo benci, ya benci aja. Tapi, nggak usah pakai cara licik!” setelahnya Malik melepas cengkeraman tangannya. Ia pergi meninggalkan kelas. Manda berjalan kembali ke kursinya dengan wajah tertekuk. Ia tak peduli dengan tatapan mata yang menuju ke arahnya.

Waktu berlalu sangat cepat. Saat pulang sekolah, Malik langsung mengendarai mobilnya menuju rumah Kesya dengan perasaan berkecamuk.

🍂🍂🍂

Kesya membuka pintu kamar dan mendapati Malik berdiri di sana. Malik langsung memeluk Kesya yang balas memeluknya dengan sangat erat. Ia dapat merasakan tubuh gadis itu bergetar. ‘Hahh.. pasti menangis lagi,' pikir Malik dengan wajah redum.

Malik mengelus puncak kepala Kesya. “Sudah, tak usah kau tangisi. Air matamu terlalu berharga untuk seseorang seperti mereka.”

Kesya menengadah dengan mata yang masih mengeluarkan cairan bening. Malik mengulurkan sebelah tangannya dan menghapus jejak air mata di pipi Kesya. Ia dapat mendengar dengan jelas bahwa Kesya meringis saat tangannya menyentuh pipi gadis itu.

“Ada apa? Apa ada yang terluka?”

“Nggak ada kok.” Kesya menundukkan kepalanya. Ia merasakan kekhawatiran lelaki di hadapannya.

“Baiklah. Apa kau sudah makan? Ibumu berkata, kau belum makan sejak kemarin. Ingin makan di luar? Atau kita ke mal lalu makan dan setelahnya berbelanja?” Kesya terdiam mendengar ucapan Malik yang bertubi-tubi.

Kesya masih di dekapan Malik. Ia sudah memaafkan kesalahan lelaki itu. Walau masih tak bisa percaya terhadap lelaki itu secara sepenuhnya. Ia menatap Malik untuk beberapa saat. Mata mereka bertemu.

“Lepaskan dulu lenganmu yang melingkar di pinggangku.” ujar Kesya dengan nada datar. Tak ada rasa takut dari nada itu atau pun perasaan malu. Mungkin karena ia terlalu terluka di dalam hati.

“Baiklah. Aku tunggu di depan. Kau mandilah dulu, pasti belum mandi.” Kesya terkikik mendengar Malik yang mengatakan dirinya belum mandi. Memang benar ia belum mandi.

Malik melihat Kesya tersenyum. Ia berlalu pergi dari kamar Kesya. Membiarkan gadis itu bersiap untuk ke mal bersamanya. Ia tak masalah jika mengeluarkan uang untuk orang yang ia sayangi, tak terkecuali dengan Kesya.

🍂🍂🍂

Central Park – Jakarta Pusat

Di salah satu restoran yang ada di mal. Terlihat seorang gadis tengah duduk menunggu makanan diantarkan ke mejanya. Ia tak seorang diri, melainkan bersama seorang pria yang telah menemuinya di taman sore itu. Bukan hanya sekali mereka bertemu. Tetapi, sudah berkali-kali mereka bertemu.

“Kenapa kau melakukan itu padanya? Bukankah dia itu kekasihmu?” pertanyaan terlontar dari bibir Manda. Ia menunggu pria di hadapannya menjawab.

“Dia memang kekasihku. Tetapi, dia tak lebih hanya untuk menemani saat waktu luang. Tak lebih dari itu.” Pria itu berujar dengan tatapan dingin ke arahnya. Manda hanya menganggukkan kepalanya mengerti maksud dari perkataan pria itu.

“Silakan dinikmati.” ujar pelayan yang mengantarkan makanan pesanannya. Mereka berdua sesekali mengobrol kecil di sela-sela makan. Baik Manda ataupun pria itu, mereka saling menikmati waktu bersama tanpa mengetahui seseorang yang mereka kenal berada di tempat itu juga.

Dapat dilihat dua pengunjung yang tentunya akan makan di restoran itu baru saja mendudukkan dirinya di pojok ruangan. Mereka berdua tengah memilih menu makanan apa yang ingin di pesan. Saat telah menentukan pilihan, gadis itu memanggil salah satu pelayan yang lewat.

“Saya pesan yang ini...” ujar Kesya dengan jari telunjuk yang ia arahkan ke daftar menu.

“Saya pesan dua ya, mbak.” setelah itu si pelayan mengangguk dan pergi menyiapkan pesanannya.

Gadis itu menoleh ke arah depannya. Ia tersenyum. Ia mengenakan baju kemeja berwarna merah muda lengan panjang dengan bagian belakang yang cukup panjang melewati pinggangnya. Dipadukan dengan celana bahan berwarna hitam dengan ujung baju depan di masukkan ke dalam celana. Rambut hitam panjang terikat jadi satu di belakang dengan beberapa helai dipinggir yang sengaja di biarkan tak terikat.

“Sya, kenapa sih lo malah nggak sekolah. Sepi tau, jadi nggak bisa jahil ke kamu.” Malik mengeluarkan suaranya menghapus keheningan yang terjadi beberapa detik lalu. Kesya tersenyum.

“Lagi malas, Malik.”

Lihat selengkapnya