Tanpa sadar Kezia membuka kembali halaman itu. Halaman sekian dari berpuluh halaman buku hariannya. Pada halaman tersebut, tertempel sebuah surat kecil. Tak terlalu kecil, namun tak terlalu besar. Mungkin ukurannya itu hanya seperempat dari buku harian tersebut. Isinya:
Aku lihat dan telepon kamu...
Temui aku di bawah tangga yang menuju XXI SMS...
Baiklah, kalimat terakhir--yang paling bawah--bisa perempuan yang hobi berponi itu pahami. Namun kalimat pertamanya, ya ampun begitu tak jelas sekali. Apa maksudnya? Kezia memang tahu identitas dari si pengirim. Dari kakak kelasnya, Samuel.
Kezia kira, sewaktu Kak Samuel memberikannya sepucuk surat, isinya pasti semacam surat yang menyiratkan perasaan lelaki tersebut padanya. Tapi faktanya isinya malah ambigu seperti itu. Membingungkan. Apa maksud Kak Samuel mengirimkan surat berisi empat belas kata tersebut? Herannya pula, mengapa ia masih menyimpan surat yang sampai sekarang masih membuatnya berkernyit dahi?