Dug!
"Eh?" Laras terbuyarkan ketika tumitnya secara tak sengaja memukul sesuatu di kolong ranjang. Ia pun turun dan mencari tahu. Kotak kayu, pikirnya. Ia pun langsung menarik, mengeluarkan peti berbahan jati itu dari persembunyian. Untuk apa sebuah peti disimpan di lorong tempat tidur?
Penasaran, Laras mengangkat penutup atas peti dan melihat banyak benda di dalamnya. "Ini?" Ia mengambil kertas yang terbungkus mika. Ia juga membaca tulisan yang terbubuh rapi pada lembaran itu. Tak percaya. Benarkah?
***
"Nah." Marwan menyodorkan sebuah paperbag kepada Laras. "Itu buat lo. Gue gak tau bakal cocok ama lo apa enggak." Ia menarik tangan saat Laras menerima barang yang ia berikan. Ia juga melihat jika Laras mengintip pemberiannya.
"Eh?" Laras mengambil satu setel pakaian dari dalam tas, atasan berwarna biru yang sedikit gelap dan rok navy.
"Gak usah lo balikin, gue juga gak make." Marwan hanya menunjukkan raut wajah dingin.
Sekejap, Laras tertawa kecil. Terdengar lucu, saja. "Makasih," ucapnya sembari menempelkan blus ke badan, mencoba. "Gak buruk juga." Berseri-seri.
***
"Loh!" Laras menunjuk ponsel yang sedang dipegang Marwan lalu duduk di atas sofa, bersebelahan. Bukannya...
"Oh?" Marwan melirik, sedikit. "HP cadangan, abis gue cas tadi." Seadanya. "Kalo gitu, pulang sekarang. Gue anterin." Menoleh.
"Pulang?"
"A?"
"Ogah!" Laras meniup udara di dalam mulut. "Jalan yuk!" Sumringah.
"Jalan? Jalan ke mana?"
Laras tersenyum nakal. "Handphone-nya gue yang bawa," ucapnya merebut ponsel dari Marwan.
***
"Ini pertama kalinya gue keluar jauh dari rumah sama sekolah," ungkap Laras memandangi taman kota nan luas yang di tengahnya terdapat kolam air mancur. "Setelah pindah ke kota ini," lanjutnya melirik Marwan yang tampak tenang.
"A?" sahut Marwan, sekenanya. Ya, karena pandangannya sedang mengarah ke tempat lain untuk beberapa saat. Selanjutnya, ia kembali memperhatikan Laras. "Kalo capek, bilang ke gue." Tak banyak bereaksi sembari memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana.
Drrrtt!