"Hitotsu futatsu to hoshi ga dete kita," nyanyi Laras mengikuti lagu yang sedang ia dengar. Sebuah senyuman tersungging di bibirnya. "Lagu ini memang cocok sambil liat sunset."
Seketika, Marwan menoleh ke samping dan memandang Laras. Ada hal yang terlintas di pikirannya. "Lo suka lagu-lagu Jepang?" Penasaran.
"Hm." Laras mengangguk.
"Jadi lo bisa bahasa Jepang?"
"Enggak juga." Menggeleng, sekali.
"Eh?"
"Tinggal cari di internet aja." Cengengesan.
Mendengar itu, Marwan mengembuskan napas dengan nada tawa, dua sekon. "Berarti lo suka sama mereka?"
"Mereka?" Laras menggerakkan bola mata ke sudut kanan. "Maksud lo, grup yang nyanyi lagu ini?" Ia melirik dan mendapat sinyal dari Marwan. "Suka. Tapi masih ada grup lain lagi yang paling favorit buat gue. Mau dengerin?"
Marwan tak merespon apa-apa dan membiarkan Laras yang sibuk dengan ponselnya. Tak keberatan jika harus mendengar lagu-lagu yang belum pernah ia dengarkan. Dan sekarang, telinganya dipenuhi gemuruh kidung yang berbeda genre dari sebelumnya. Menurutnya, ada unsur seperti orkestra. "Ini?"
"Aishiteru no ni, aisenai." Sekejap, Laras merapatkan bibir. "Aku mencintaimu, tapi tak bisa," lanjutnya. "Gue jadi galau setiap denger lagu ini. Gimana menurut lo?"
Lagi, Marwan tak menyahut. Tiba-tiba, bayangan Dinda muncul begitu saja di benak. Ia seperti merasa memiliki kemiripan dengan tajuk lagu yang disebut Laras. Melamun.
"Wan," panggil Laras merasa ada yang aneh dari laki-laki yang bersamanya itu. Ada apa? "Wan." Lagi. Akhirnya, ia mendapat pengalihan. "Lo gak pa-pa?"
"Enggak." Dengan mudah menjawab, Marwan sebisa mungkin untuk tak berlarut dalam angan.
"Lo gak suka sama lagunya ya?" Laras diam sebentar. "Gak usah lo paksain," tambahnya lalu meraih headset yang terpasang di telinga Marwan.
Namun dengan sigap, Marwan menahan dan menjauhkan tangan Laras sebelum menyentuh earphone-nya. Ia tak bermaksud hal yang sama dengan gadis itu. "Sorry, buat tadi siang. Gue ngelakuin hal yang berlebihan di depan Randi."
"Oh." Laras sedikit menunduk dan melirik sekitar. "Hm." Menggeleng. "Gue gak begitu mikirin juga, sih. Cuma agak kaget aja sama yang lo lakuin tadi. Tapi... makasih ya? Semoga Randi cepet sadar sama orang yang paling dia cintai." Tertawa kecil. "Mungkin, gue juga salah, sih."
Marwan mengintip Laras dari sudut kanan mata tanpa menggerakkan kepala. "Gue rasa enggak."