Aku Mencintaimu, Tapi (tak) Bisa

Rara
Chapter #22

Kesepakatan

"Hmm?"

Laras tersenyum tipis mendapati pesan masuk di layar ponselnya sembari duduk di tepi kolam renang. Ia juga mengayun-ayunkan kaki di dalam air. Ya, menikmati waktu yang ada. Sejenak, ia menghirup udara segar yang juga terasa sayup-sayup oleh rambutnya.

"Siapa?" Seseorang.

Dengan cepat, Laras memalingkan wajah ke sisi kanan. "Ah?" Tak jauh, sosok menyebalkan muncul lagi, pikirnya. "Marwan..." Beberapa kali, ia melirik asal di kedua sudut mata. Bisa dibilang, agak terkejut, mungkin. Entah?

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Marwan sambil melepas sepatu dan kaos kaki. Selanjutnya, melipat kain celana sampai di bawah lutut.

"Eh?" Laras buru-buru mematikan dan memasukkan ponsel ke dalam saku rok. "Bukan apa-apa."

Marwan mengembuskan napas dengan nada datar dan berat. Ia pun langsung duduk dan memasukkan kedua kakinya yang telanjang ke dalam genangan bening nan luas. Benar, meniru aktivitas Laras.

"Ada apa?" tanya Laras mengangkat kedua bahu sambil berlagak ogah-ogahan.

"Kita buat kesepakatan," jawab Marwan memperhatikan Laras dengan serius.

"Eh?" Tak begitu paham, Laras juga melakukan hal yang sama seperti Marwan, saat ini. Ya, saling memandang.

***

"Marwan kemana coba?" dumel Ivan yang menyampirkan jas almamater di pundak kiri sembari jalan memasuki area renang.

"Ping pong," lirih Ivan. Tepat di dekat sudut seberang kolam renang, secara tak sengaja ia menemukan Marwan yang sedang bersama Laras. Kebetulan yang tepat, pikirnya. Meski begitu, ia langsung mengurungkan niat awal setelah melihat situasi saat ini.

Namun sebelum beranjak, Ivan mengeluarkan ponsel dari saku celana dan mengarahkan kamera ke tempat Laras dan Marwan. Benar, dari kejauhan.

Cekrek! Ivan berhasil mengambil sebuah foto dari sepasang manusia di seberang tepi kolam renang. Tanpa berlama-lama, ia bergegas meninggalkan tempat. Dan secara bersamaan, ia sempat melirik seorang gadis berkacamata dan berambut pendek dari pintu keluar. Lyd, batinnya. Baginya, misi telah usai. Ya, tak peduli dengan kedatangan gadis itu.

"Kak Ivan?" lirih Lyd mengawasi laki-laki yang baru saja keluar. Dalam hati, ia bertanya-tanya, untuk apa seorang Ivan berada di tempat seperti ini? Ia pun melanjutkan langkah dan terhenti saat pandangan matanya menangkap dua orang, laki-laki dan gadis di tepi kolom saling bertatapan. Ia malah tak bereaksi, seperti salah tempat dan bahkan waktu.

***

Lihat selengkapnya