Cintaku padamu bak lilin penerang
Entah kapan ...
Aku mungkin padam
***
"Aswin Jayantaka." Nama itu yang disebutkan sebagai perkenalan dirinya saat masa orientasi kampus, saat dia berdiri di podium menjelaskan program himpunan mahasiswa dengan sangat mengagumkan, saat pertama kali aku bertemu tatap dengannya langsung.
Mungkin hanya aku yang begitu percaya diri jika senyuman menawannya tertuju padaku saat itu. Bisa saja dia sedang menebar pesona layaknya jala para nelayan yang merangkum target mangsa. Aku belum menyukainya, dan mungkin sedikit meremehkannya.
Dunia kampus terasa melenakan, membebaskanku dari bumi yang harusnya tetap dipijak. Perbedaan besar kehidupan seorang gadis sepertiku dahulu dengan banyak kawan yang berasal dari kalangan menengah ke atas membuatku tidak ingin pulang. Mereka bisa hidup nyaman tanpa perlu berpikir besok tidak memiliki makanan, sambil membicarakan carut-marut keadaan rakyat dan mempersalahkan pemerintah.
Mereka hanya tidak tahu, salah satu 'rakyat' berusaha bicara ada di antara mereka.