Aku Menyukai Senja di Matamu

Naila Etrafa
Chapter #3

Tentang Bapak

Aku dan Rania dipapah menuju bangsal. Beberapa perawat mengerubungi kami. Dengan cekatan mereka mengukur tensi dan membersihkan luka. 

Aku melihat dengan ekor mataku bapak tambun berseragam PNS sedang menelpon entah siapa. Mungkin dia izin terlambat kerja atau entah apa.

Bapak itu segera menuju padaku, Rania terlihat terisak saat obat merah di totolkan pada kulit wajahnya yang terkelupas. 

"Maaf Nak, apa kamu sudah menghubungi keluargamu?" ucap bapak itu ramah. Mataku melirik sekejap nametag yang tersemat di dadanya. Dr. Widianto, M. Pd. 

"Sudah, Pak," ucapku terbata-bata. Pikiranku kacau karena membayangkan sebentar lagi bapak dan ibu akan kesini. Aku sudah membayangkan omelan dan ekspresi ibu seperti apa, terlebih Rania juga suka melebih-lebihkan sesuatu jika sudah di depan ibu. Aku tergagap sampai tidak mengucapkan terimakasih. Padahal kata itulah yang sedari tadi ingin kuucapkan pada bapak yang teramat berbudi luhur itu.

"Baik, saya akan melanjutkan tujuan saya. Semoga lekas sembuh," ucapnya dengan senyum tulus dan berwibawa. Lagi-lagi aku hanya mengangguk tanpa mengucapkan terima kasih. Lidahku kelu, semua perasaan khawatir menyerbu. Mataku berulang kali melihat jam dinding. Setiap kali jarum panjang melangkah hatiku semakin tak karuan. Rasa perih, ngilu bahkan tak begitu kurasa. Karena satu alasan. Ibu.

Dan beberapa menit kemudian pintu UGD terbuka. Ibu memakai daster kusamnya, terlihat dia tidak sempat berganti pakaian. Tentu saja dia khawatir pada Rania. Kalau saja yang di sini hanya aku. Mana mungkin sampai segugup itu? Ibu menghamburkan diri ke bangsal Rania. Terlihat bapak berjalan biasa dan mengamati kami.

Sudah kuduga tangis Rania semakin menjadi-jadi. Dia menutup wajah dengan kedua tangannya. Suster sudah selesai membersihkan luka lalu meninggalkan kami. Segera sibuk dengan pasien lain yang baru saja datang. 

Ibu terlihat histeris saat Rania membuka wajahnya. 

Lihat selengkapnya