Bulan ketiga terasa semakin berat. Entah berat karena Lia mulai merasakan capek. Entah berat karena Lia mulai bosan hanya di rumah saja. Entah berat karena sebentar lagi masa cutinya akan berakhir. Atau, berat karena Lia mulai menyadari bahwa tiba-tiba semua berubah?
"Assalamu'alaikum...", waktu baru menunjukkan pukul 5 sore tapi Harvi sudah pulang.
"Wa'alaikumussalam...", jawab Lia yang sedang menaruh stock ASIP ke dalam kulkas.
"Azka mana Yang?"
"Lagi tidur di kamar, berdua sama Anya. Jangan masuk dulu ya. Takut bangun."
"Di dalem ada yang jagain."
"Ada, Mbak Mia. Tadi baru aja tukeran jaga sama aku."
"Oh.. Oke. Kalau gitu aku mandi dulu ya."
Entah karena apa, Lia merasa Harvi yang sekarang bukan Harvi yang dulu. Harvi memang bukan tipe laki-laki romantis seperti kebanyakan mantan pacar Lia dulu, tapi tetap aja Lia merasa suaminya terlalu cuek apalagi setelah punya dua anak.