Devan. Devan Mahendra. Kayanya cowok termaskulin versi Lia yang ada di dunia ini. Tinggi, kulitnya enggak terlalu putih tapi pas, kepala hampir plontos, cool banget tapi sekalinya senyum bisa bikin kelepek-klepek, mantan atlet basket sewaktu SMA, dan yang paling bikin Lia heran cowok kaya gitu pernah loh naksir dan nembak dia. Kok bisa?
"Woi! Bengong mulu. Nape lo?" tanya Bagas.
"Astaghfirullah, Gas. Bisa enggak sih sekali-kali lo enggak usah ngagetin? Heran!" jawab Lia yang kesal karena kaget bakso yang akan dilahapnya terjatuh ke lantai.
"Ya lagian lo sih. Pa an lagi sih?"sambung Bagas lagi.
"Gue lagi bingung. Kok bisa ya?" jawab Lia balik bertanya.
"Bisa apaan?" tanya Bagas sambil minta tambah satu porsi lagi Bakso Campur (enggak pakai tetelan).
"Iya, Mba Lia. Bingung kenapa? Bukannya proyek yang bareng kementerian itu udah selesai?" tanya Julia.
"Buka itu, Li. Ini mah masalah lain." jawab Lia.
"Iye, kita tau. Trus apaan masalah lainnya?" tanya Bagas lagi.