"Nape mata lo?" tanya Bagas sambil memperhatikan wajah Lia dengan seksama.
"Kelilipan." jawab Lia santai, sambil mengucek matanya pelan.
"Bokis lo, ah. Mana ada kelilipan dua mata langsung. Lo abis nangis?" tanya Bagas yang masih memperhatikan Lia.
"Ih, Mas. Usil deh lo. Biarin aja kenapa sih?" sanggah Julia, yang sepertinya juga mengetahui bahwa mata Lia bengkak karena habis nangis.
"Tuh kan. Salah lagi gue." sahut Bagas sambil sibuk menghabiskan suapan terakhir bubur ayamnya.
"Emang. Dasar enggak peka." sindir Julia.
Biasanya ketika Bagas dan Julia mulai bertengkar, Lia akan dengan sigap langsung melerai mereka berdua. Tapi pagi itu rasanya tenaga Lia sudah habis. Habis terkuras, karena semalam ada perang dunia di rumah.
"Mba Lia!" panggil Fifi, saat Lia sedang berjalan ke kubikalnya.
"Ya, Fi? Ada apa?" tanya Lia, menghampiri Fifi di mejanya.
"Tadi sekretarisnya Pak Ogi nelepon, nyariin Mba Lia." jawab Fifi.
Astaga. Lia lupa. Siang ini dia sudah ada janji interview dengan Pak Ogi. "Oh.. Oke, oke. Thanks ya, Fi." jawab Lia, sambil langsung terburu-buru ke toilet untuk mengecek apakah matanya masih terlihat bengkak dan sembab.