Kenyataan tak seindah mimpi. Ya, mungkin bisa diartikan seperti itu kondisiku saat ini. Enggak kerasa sudah satu tahun aku bergabung di SCG. Sampai-sampai besok sudah waktunya pengumuman penilaian pegawai. Percaya diri sekaligus gugup. Rasa-rasanya sih proyek-proyek yang dipercayakan Pak Ogi kepadaku selalu bisa aku selesaikan dengan baik dan tepat waktu.
"Pagi, Dam!" sahutku semangat, sambil menepuk bahu Damar yang sedang terpaku melihat komputernya.
"Morning, Mba." balasnya lemas.
"Kenapa, Dam?"
"Hhh.. Masa depan suram, Mba."
"Hah??? Maksudnya?"
"Mba, cek dulu gih aplikasi penilaian pegawai."
Tadinya pagi ini aku mau memulai hari dengan berleha-leha sarapan sambil menonton drama Korea detektif terbaru yang ada di Netflix. Tapi semua rencana itu buyar kala kulihat muka Damar yang pagi-pagi sudah seperti orang yang lagi sakit tifus tapi tetap memaksakan untuk datang ke kantor. Pucat pasi!
"Innalillahi... Ya Allah...", seruku yang juga terkaget-kaget melihat penilaian pegawai pertamaku di SCG. "How come? Salah gue di mana???", gerutuku kesal.
PL 3, saudara-saudara, PL 3! Satu tingkat di atas penilaian pegawai paling rendah, yaitu PL 4. What the fu*k! Sepanjang hampir 13 tahun aku bergabung di ASBI, ini penilaian terjelekku!
"Gimana, Mba?" tanya Damar yang grogi melihat ekspresi mukaku yang seperti ingin menerkam mangsa.
"Fu*ked up!-lah, Dam. Salah kita di mana sih?" balasku, sambil emosi.
"Hhh.. Gue juga bingung, Mba. Mana ini penilaian pertama gue di ASBI. Trus gue tanya temen-temen seangkatan, dari 40 orang cuma ada 2 orang dong yang dapet PL 3. Termasuk gue."