Kebanyakan perempuan hidupnya ada diantara ketiga alam ini, keluarganya, para sahabatnya, dan dirinya sendiri. Setuju?
"Kita pesen duluan aja atau nunggu Lely?" tanyaku pada Lea yang sudah ada di depanku dan sedang sibuk membolak-balikan buku menu.
"Hmm.. Kita pesen minum dulu aja kali ya. Lo mau apa?" jawab Lea, balik bertanya.
"Gue Ocha panas aja." jawabku.
Lalu Lea pun memanggil pelayan, dan langsung memesan Ocha panas untukku, lalu Ocha dingin untukknya.
Sambil masih sibuk melanjutkan membaca satu per satu menu baru yang ada di Sushi Tei, Lea pun membuka percakapan kami siang itu. "So, gimana nih rasanya bisa cuti? Cuti seminggu ya?" tanya Lea.
"Hmm.. Karena baru hari pertama, rasanya sih biasa aja ya. Apalagi gue kan banyak keluar rumah juga dari tadi pagi. Jadi berasa kaya lagi ngantor aja." jawabku.
"Eh, iya. Gimana, lo jadi enggak mau nulis lagi?" tanya Lea lagi, yang kini telah khatam mempelajari semua isi buku menu.
"Hmm, pengen sih. Cuma gue bingung. Enggak punya bahan. Mau bikin cerita apa?" sahutku, sambil menyeruput Ocha yang masih panas.
"Loh, kok bingung?! Kan udah gue kasih ide kemarin." jawab Lea sambil mengerutkan dahi.
"Ide apaan?" jawabku yang sama-sama mengerutkan dahi.
"Cerita tentang Boni and Lely-lah. Cerita cinta sejarah. Fenomenal itu! Penantian cinta, yang tak berujung bersama. Tsaaahhh ~~~", sambung Lea yang menjelaskan sambil sok-sokan jadi penyair yang puitis.
"Hayo, hayo, hayo.. Apaan nih bawa-bawa nama gue?" celetuk Lely yang datang dari arah belakang, dan langsung memelui pundak Lea.
"Eh, lo Ly." Lea pun jadi canggung.
"Kalian belum pesen? Ya, ampun. Enggak usah nungguin gue kali." sambil duduk di samping Lea, Lely pun melambaikan tangannya untuk memanggil pelayan.