Hari ini aku cuma mau jadi "macan ternak"! Mama-mama cantik tukang anter-jemput anak. Lima hari di rumah bikin aku sadar kalau selama ini aku kehilangan banyak hal. Jarang masakkin suami. Jarang main sama anak-anak. Jarang ngobrol sama mama-papa, padahal kami hidup satu atap. Bahkan, jarang mengurus diri-sendiri. Cuti kali ini benar-benar seperti sebuah turning point dalam hidup. Aku selama ini oleng, karena hilang keseimbangan.
Aku mulai menemukan serpihan-serpihan diriku yang hilang. Aku mulai dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Banyak konsumsi sayur dan buah-buahan, dan selalu menyempatkan menggerakkan badan walau dengan hanya jalan kaki keliling komplek. Sebisa mungkin mengurangi jajan, dan memilih untuk memasak. Seneng banget kalau hasil masakanku selaku dihabiskan oleh orang-orang serumah, apalagi suami atau anak-anak sudah request makanan kesukaan mereka. Ngobrol sama mama pas lagi masak di dapur, atau sama papa sehabis papa kelilinh komplek naik sepeda, atau sama Harvi sepulanh dia dari kantor. Dan saat aku di rumah, dia selalu pulang tenggo. Terima kasih, sayang!
Jadi selama ini banyak sekali momen yang terlewatkan. Dipikir-pikir kalau aku tetap di CBG, meskipun aku suka sekali dengan pekerjaan dan lingkungannya, mungkin aku enggak akan pernah bisa menikmati momen-momen ini. Yah, memang semua akan berujung punya nilai positif dan negatif. Kita enggak akan pernah menemukan kesempurnaan dalam segalanya.
"Li, udah jam setengah sebelas nih! Katanya kamu mau jemput anak-anak lebih awal?" sahut mama yang masuk ke dalam kamarku.
"Oh, iya." akupun bergegas mengganti baju, rapih-rapih, dandan sedikit, dan langsung menarik tas tentengku.
Hari ini hari Jumat. Hari terakhir aku cuti. Hari ini aku benar-benar ingin lebih mendalam peranku sebagai macan ternak. Tepat jam 11 siang aku sudah nongkrong di kantin sekolah. Ditemani sepiring siomay dan es Teh Botol, aku lanjut ketak-ketik lagi lanjutan cerita Cinta Sewindu.
Sesekali aku berhenti menulis untuk sekedar menikmati suasana. Anak-anak yang lalu-lalang di kantin. Bau keringat khas anak-anak yang lewat di hidungku terbawa semilir angin. Melihat tawa mereka yang saling bercanda. Selama ini ternyata aku enggak pernah punya kesempatan untuk menikmati momen seperti ini. Setiap hari hanya sibuk dengan tumpukan dokumen kantor, jadwal rapat, ditambah lagi harus menghadapi drama-drama di kantor yang kadang lebih menyeramkan dari menonton film horor.
"Mba Lia?!" sapa sesosok ibu-ibu yang datang dari arah belakang dan menepuk pundakku.