Aku Pilih Bahagia

Amelia Rasyid
Chapter #93

Bab 13. Tujuan Hidup, Bagian 7

Berawal dari tatap... 

Indah senyummu memikat... 

Memikat hatiku yang, hampa lara... 

 

Lantunan lagu kesukaanku, secangkir kopi hitam pahit tanpa gula, dan sepotong roti sourdough bakar yang hanya diolesi butter, menemani pagi hariku yang tenang, karena seisi rumah masih tertidur nyenyak. 

 

Oh, gini ya rasanya tinggal di rumah sendiri, bisikku dalam hati. Akhirnya setelah melewati drama panjang dengan mama dan papaku, aku dan Harvi diizinkan untuk tinggal di rumah kami sendiri. Masih ngontrak sih, tapi aku jadi banyak belajar untuk mengurus rumah sendiri. ART (Asisten Rumah Tangga)-ku juga hanya satu, karena Mbak Mia (susternya anak-anak) minta resign sebelum kami pindah ke rumah baru. 

 

Akhirnya aku sadar apa yang selama ini membuat aku kehilangan diri sendiri. Aku kehilangan diriku sendiri karena aku menolak untuk menerima diriku yang sudah banyak berubah. Bentuk fisikku berubah, aku bukan lagi seorang gadis dengan berat badan 50-an kg. Tanggung jawabku berubah, karena urusanku di dunia ini bukan cuma diriku sendiri, tapi suami, anak-anak, orang tua, mertua, saudara, ipar, dan mungkin masih banyak lagi. Dulu aku mengelak, menganggap bahwa panggung ini masih milikku, semua orang harus melihat padaku, mereka semua harus suka aku. Ah, bullshit! Hal-hal duniawi yang malah menutup mataku dari segala makna hidup yang sebenarnya. 

 

Semakin aku sadar bahwa ternyata hidup ini akan lebih bermakna dan bisa kita nikmati seutuhnya kalau kita sudah sadar dan tahu apa sih sebenarnya tujuan hidup kita. Takut menikah, takut punya anak, takut sakit, takut menderita, dan masih banyak ketakutan lainnya. Sebenarnya lebih susah menghitung banyaknya bintang di langit atau menghitung berapa banyak jumlah ketakutan kita dari kita lahir di dunia hingga saat ini? 

 

Lihat selengkapnya