Aku Seorang Muslimah?

Sani Alfiah
Chapter #2

Inilah Aku Wanita Muslim (Rita Shafira)

Takkan habis rasa syukurku terhadapmu Ya Rabb, 

Aku tau imanku belum sekuat muslim yang lain, 

Tapi izinkan aku beriman padamu dengan segenap hati yang ikhlas. 

Ya Rabb nikmat dari-Mu takkan ku sia-siakan. 

Ya Rabb karena-Mu juga aku masih bisa bertahan sampai saat ini.


Menjadi istri Arkana Delova adalah takdirku, menjadi istri sholehah adalah impianku, dan menjadi wanita berkarir adalah pilihanku. Menurutku keluarga adalah yang utama dan yang harus diutamakan.

Hari ini aku akan sangat sibuk. Mengawali hari dengan mengisi materi di pengajian rutin, meeting penting dengan perusahaan ternama, dan setumpuk pekerjaan ibu rumah tangga lainnya.

"Bunda, mau kemana?" teriak Kean yang masih berada di tempat tidur. Dia Kean Ardian, malaikat kecilku. Dia salah satu penyemangat hidupku setelah mas Arkana Delova.

"Ah, kamu sudah bangun. Bunda mau ke pengajian dan melanjutkan meeting ke kantor." Aku menghampirinya dan mencium pipinya sayang.

"Aku ke sekolah dengan siapa?" Kean baru masuk sekolah SD tahun ini, jadi dia masih di antar.

"Sayang, kamu sekolah dengan ayah ya," ucapku dengan senyum ramah. Biasanya dia diantar olehku, tapi aku harus ke pengajian rutin. Alhasil, mas Arkana dengan senang hati akan mengantar Kean.

"Siap bunda," Dia bangun, dan pergi memasuki kamar mandi.

Suamiku, Arkana Delova memasuki kamar dengan penampilannya yang sudah rapi. Dan mengambil sikap duduk disamping tempatku duduk.

"Dek, kamu gapapa kalau masih kerja? Mas bisa loh suruh salah satu tangan kanan untuk menggantikanmu di perusahaan. Aku tidak bisa melihatmu sesibuk ini, mengurus urusan rumah tangga dan mengurus Kean juga pasti sudah capek apalagi ditambah kerjaan di perusahaan," ucapnya bersimpati. Ah dia, selalu membuatku mencintainya setiap hari.

"Mas tenang saja, aku melakukannya dengan ikhlas. Lagipula ayah sudah memercayakan perusahaannya padaku." Ya, aku menjadi pimpinan perusahaan milik ayah. Sedangkan ayah mengurus perusahaannya yang lain. Sesibuk apapun pekerjaanku, tapi tetap nomor satu itu keluarga kecil ini.

"Yasudah. Jika itu sudah menjadi pilihanmu, aku hanya bisa mendukungmu. Oh iya, tawaran mas yang tadi akan tetap berlaku sampai kamu akan menggunakannya," ucapnya pengertian dan mencium puncak kepalaku dengan sayang.

Lihat selengkapnya