Merajut Aksara

Oleh: Angkasa Putra

Blurb

01 Mei 1999

Aku, Baso Punggawa si anak nelayan. Diriku dilahirkan saat ayahku Saparuddin melaut ke Selayar. Ibuku, Dahlia berjuang antara hidup atau mati dengan dukun beranak yang terkenal seantero Bira saat melahirkanku sebelas tahun silam. Tangisanku pecah di tengah gelapnya malam, di dalam gubuk kecil milik orang tuaku, berdindingkan tumpukan bambu yang dianyam rapi dan disinari dengan pelita ala kadarnya.

Di usiaku yang sekarang ini nalarku semakin menjadi-jadi. Dari alam aku tumbuh dewasa, dari kerasnya kehidupanku aku terus belajar, dan dari semangat juang leluhurku aku terus tabah menjalani titian di atas takdir.

Kupandangi birunya langit, kuamati derasnya gelombang air laut, kumerenungi kehidupanku di atas tumpukan batu karang. Kuselalu bertanya pada semesta, kenapa kehidupanku jauh dari kenyataan? Masa kecilku jauh dari senyuman kecukupan. Keluargaku hanya bertahan hidup dari hasil laut yang kami dapat. Ayah dan ibuku memperjuangkanku untuk mendapatkan pendidikan begitupun dengan adikku, Tenri. Walau kehidupan kami di tengah krisis yang benar-benar krisis. Diriku sangat diharapkan untuk mengubah haluan bahtera keluarga hingga layak dan dipandang oleh orang lain. Sehingga kami punya martabat, tak direndahkan, dan diremehkan lagi.

Darah juang dalam diriku tak pernah surut, citaku melambung tinggi, diriku tak pernah kenal putus asa, walau aku sering dihina karena lahir dari keluarga nelayan yang miskin namun kuyakin Tuhan tidak salah dalam memilihkanku orang tua. Aku sangat optimis akan ada senyuman indah di kemudian hari untuk diriku, keluargaku, daerahku, hingga menggoreskan catatan sejarah untuk merah putihku.

Ikuti kisah petualangan dan pencarian jati diri seorang Baso Punggawa dalam novel "Merajut Aksara".

Lihat selengkapnya