“Teng-teng-teng”.
Hari menunjukkan pukul 12 malam, aku terbangun dari tidur ku, sungguh aku tidak menyadari bahwa aku tertidur dipelukan ibu. Perkiraan ku, Ibulah yang membawa ku ketempat ini, tempat yang tak pernah ku singgahi sekali pun. Ada keganjelan di tempat ini. Ruangan ini sunyi, gelap, hanya cahaya lampu yang menghiasi ruangan disetiap lubang-lubang atas jendela.
“Kenapa ibu, membawa ku kesini?”. Itulah pertanyan yang terlintas dipikiran ku.
Aku keluar dari ruangan yang tak berpenghuni itu. Aku pergi kekamar ibu, dan ibu tak ada. Lalu, aku pergi ke ruang tamu, aku tak melihat ibu. Semua ruangan gelap hanya cahaya lampu rumah sebelah yang menghiasi setiap lubang-lubang atas jendela. Cahaya itu semakin lama semakin redup, hingga semua ruangan gelap bagaikan mataku ditutup kain hitam berlapis-lapis rasanya. Aku tak dapat melihat benda yang ada disekeliling ku.
Aku terus berjalan mengikuti arah naluri ku. Kaki ku berjalan sendiri memutari seluruh ruangan dirumah ku. Aku lah Aisyah, perempuan yang tak takut gelap. Aku tak sadar, langkah kaki ku membawa ku ke taman belakang.
“Kenapa ada bunga disini?, ini pasti taman.” Kata ku sambil terus berjalan.
Rasanya, kaki ku sudah membawa ku berkeliling taman ini. Aku tak sadar dan aku gak tahu kenapa kaki ku ini bergerak sendiri, seperti ada yang meengendalikan tubuh ku.
Aku tak takut sama sekali, aku selalu mengikuti langkah kaki ku sampai kaki ku berhenti. Disebuah persimpangan antara batas bunga melati dan bunga mawar kaki ku terhenti.
Penglihatan ku semakin tajam, hingga aku dapat melihat benda-benda yang ada disekitar ku walaupun dalam keadaan samar-samar.
“Itu apa?”. Aku terkejut melihat ada seseorang disini.