Aku Terlahir Istimewa

Dela
Chapter #1

Prolog

"Kukuruyuk...kukuryuk!!" Suara ayam bibi, yang menjadi alarm baginya disetiap pagi.

Dia menggeliatkan badan, untuk meregangkan otot dibadannya "Eum..eum..Pagi hari yang begitu indah." Dia berjalan keluar dari kamar, menghirup udara yang begitu segar, mendengarkan suara burung-burung yang berkicau, menikmati pancaran mentari yang seakan menyemangati di setiap pagi.

17 september 2004, Bandung, Jawa barat, dimana dia dilahirkan di kota yang begitu indah, kota yang begitu nyaman, Bandung kota yang tau jatuh, bangunnya dia untuk bisa bangkit dari takdir pahit yang menimpa hidupnya.

"Senja, cepat mandi nanti kamu telat!" Teriak bunda memanggil.

Itu bunda namanya Sarra, bidadari terbaik di dalam hidupku, kalo Senja itu aku, kata bunda aku di beri nama Senja, karena Senja itu selalu terlihat indah, hm..walau aku tidak bisa melihat keindahan Senja yang nyata, tapi aku bisa merasakan jika Senja itu benar-benar indah. Senja dan bunda hanya tinggal berdua tanpa adanya sosok ayah di sampingnya, Senja selalu bertanya pada bunda tentang ayah, tapi bunda selalu menghiraukan pertanyaan yang di lontarkan Senja "Bunda, sosok ayah tuh gimana si?" Itu yang selalu saja Senja tanyakan.

Sejak kecil Senja sudah terlahir buta, dia hanya bisa berjalan dengan tongkat sebagai petunjuk arah, cukup berat untuk menerima itu semua, tapi dia selalu berpikir jika semua orang pasti mempunyai kekurangan termasuk juga Senja, ini sudah menjadi takdir hidup yang Allah beri sebagai keistimewaanya.

"Iya bunda, ini mau mandi." Jawabnya bergegas berjalan dengan tongkat ke kamar mandi.

Hari ini adalah hari yang sangat istimewa, karna Senja akan segera memasuki SMA Dharmawangsa yang begitu dia inginkan "Ayo Senja, cepat sarapan dulu!"

"Bunda, tolong sisirkan rambut Senja."

"Ini anak udah gede, masih tetep aja manja." Kata bunda, menjewer telinga Senja.

"Iih bunda sakit, bun kenapa si Senja terlahir ngga sama kaya temen-temen, ngga sama kaya bunda? Senja kadang takut, malu kalo berangkat sekolah, takut ngga ada yang mau temenan sama Senja."

"Hey anak bunda, ga boleh ngomong kaya gitu dengerin bunda! kamu itu istimewa dari pada semua orang yang menertawaimu, kamu harus bersyukur atas anugerah yang Tuhan beri untuk kamu"

"Senja...Senja!" Nah Itu Agam sama Gema, dua pria yang mau menemani Senja dari kecil, menjaga, melindungi, bagaikan seorang peran ayah di dalam kehidupan Senja.

Bunda mengambilkan tongkat dan tasnya "Tuh Agam sama Gema udah nyamperin, gih sana cepet berangkat."

Lihat selengkapnya