Aku menatap nanar pada halaman rumahku yang cukup ramai dengan perkumpulan orang-orang, bisa disebut kumpulan Ibu-Ibu kompleks dan juga para anak-anak yang sedang bermain. Kakakku dan Adikku juga ada disana, sedangkan aku hanya duduk di balkon rumah tanpa ikut bergabung.
Kembali kubuka novelku yang tadi sempat terhenti sejenak, sedikit lagi novelku akan tamat dan siap melanjutkan buku lainnya lagi.
Inilah aktivitasku sehari-hari sebagai pengisi waktuku.
Aku selalu larut dalam kisah-kisah pada setiap novel yang kubaca, kisah romantis yang selalu mengembangkan imajinas, dan membuatku ikut terjun kedalamnya
Lembar demi lembar kubaca namun rasanya mataku begitu lelah dan sangat mengantuk, dan tanpa sadar aku sudah larut dalam mimpiku.
"Sabrina... Sabiii..." sayu-sayu kudengar seseorang memanggil namaku dan terasa memegang pundakku.
Aku langsung kaget dan membuka mataku, ternyata Ayah yang sudah membangunkanku, senyumnya terbentuk, senyum yang sudah 18 tahun menemani hari-hariku.
"Eh ayah, kenapa Yah?" tanyaku sambil mengucek mataku.
"Kok sore-sore gini kamu tidur sih, mandi gih sana, nanti malam ikut Ayah ke acara temen Ayah ya," ajaknya.
"Gak mau ahk, Sabi dirumah aja," tolakku, aku memang paling anti dengan acara-acara seperti itu.
"Sabiii... Kamu gak boleh jadi orang kayak gitu, kamu harus bisa bersosialisasi," kata Ayah.
"Tapi Sabi maunya dirumah aja, gak mau kemana-mana," tolakku terus nenerus.
"Ini perintah dari Ayah jadi kamu harus ikutin, kalau ayah bilang gitu berarti harus gitu, oke. Ayah keluar dulu," Ayah langsung keluar dari kamarku.
Kuhembuskan nafasku, aku sangat tidak suka berpergian ketempat keramaian seperti apapun itu, rasanya aku bagai di neraka.
Tapi karna ayah sendiri mengatakan bahwa itu perintah darinya maka aku harus mengikutinya.
Namaku Sabrina, kerap dipanggil Sabi. Anak kedua dari 3 bersaudara, aku saat ini sedang duduk dibangku SMA kelas 2, kakak perempuanku sudah menaiki tingkat universitas.
Kakakku bernama Kirana Sintya, dia orang yang cantik, mudah bergaul dan pandai dalam mencari perhatian, banyak lelaki yang menggemarinya. Sedangkan aku sangat sederhana dalam hal apapun itu juga, aku dengannya sangat berbeda.
Hubunganku dengannya baik-baik saja, bahkan kami seakan-akan tidak peduli satu sama lain, dan itu mungkin saja dikarenakan aku yang tidak suka banyak bicara.
Anak ketiga dari ayah dan ibuku adalah seorang anak lelaki, Arju Sanjaya. Baru saja duduk dibangku kelas 4 SD, dia sangat baik dan peduli padaku, aku pun sangat menyayanginya.
Kami bertiga juga memiliki sifat yang berbeda, aku yang sangat pendiam, dan senang dengan kesendirian, Kakakku yang sangat senang bertemu dengan banyak orang dan bersosialita, sedangkan adikku netral saja, karna ia seorang lelaki.
Kalau tentang kasih sayang dari kedua orang tua kami tentu tidak ada perbedaannya, mereka sangat menyayangi kami bertiga, terkadang mungkin Ibuku sering menegur bahkan marah jika aku tidak pandai bersosialisasi dan mau bergaul seperti Kakakku.
Tapi, ya inilah aku, ini kenyamanan ku, kebahagiaanku dan duniaku.
⏳
Aku duduk didepan tv sambil memainkan HP, sambil menunggu Kakak dan Ibuku yang katanya belum selesai bersiap, jadi aku harus menunggu beberapa waktu dulu.
Kalau soal penampilanku sangat sederhana, aku menggunakan outfit yang biasa saja, lalu dengan rambut dikucir kuda, bahkan riasan diwajahku hanya bedak dan lipstick saja, dan bagiku itu sudah cukup sempurna.
Tak lama kemudian Kakakku dan Ibuku sudah turun, mereka terlihat sangat mewah dengan dress dan riasan wajah yang glamor.
Ibuku menatapku dari atas sampai bawah, lalu menghembuskan nafas pelan. Tentu saja dia sudah mengerti bagaimana aku, dan ia pun sudah tidak mau lagi memaksakan kehendaknya, karena Ayahku pun juga sudah melarang Ibuku untuk memaksakan keinginannya.