Aku tetaplah diriku

Devi Wulandari
Chapter #3

Kebencian Rinjani

Saat ini jam pertama di sekolah adalah olahraga, aku sedikit suka bermain basket, setidaknya untuk mengisi kekosongan aku ikut bermain basket bersama teman sekelasku, aku mungkin tidak terlalu dekat dengan teman lelaki, tapi mereka sangat baik dan sangat menghargaiku.

"Ayo Sab, kantin," ajak Farah ketika sudak masuk jam istirahat.

"Aku udah bawa bekal, jadi aku makan di kelas aja," tolakku.

"Oh yaudah deh," ucap Farah, kemudian mereka pergi ke kantin dan aku ke kelas.

Disisi lain...

Seorang wanita berambut panjang, sedang membawa HP dengan beberapa foto didalamnya, orang itu memberikan foto itu pada Rinjani.

"Ooh makin ngelunjak ya tu anak," geram Rinjani.

"Ya lo liat aja deh," kata Rika.

"Liat aja apa yang bakal gue lakuin sama dia, makasih ya udah ngasih tau," ucap Rinjani.

Foto-foto yang ditunjukkan itu adalah foto Sabi dengan Akbar, ternyata semalam salah satu teman Rinjani memberi tahu kepadanya, dan entah apa balasan Rinjani kepada Sabi setelah ini.

....

"Sabi lo dipanggil sama Pak Rafi," kata lelaki tersebut disaat aku sedang makan.

Aku langsung berdiri, karna dia adalah wali kelasku. Tanpa pikir panjang aku pergi menuju ruang majelis guru.

Saat aku melewati aula tiba-tiba saja tanganku ditarik untuk masuk, disana banyak sekali siswa dan siswi, dan semua pandangan mengarah padaku, dan membuatku salah tingkah, apalagi aku ditarik hingga ke pentas di aula tersebut, aku sedikit terheran ada apa ini, semua orang bahkan melihat ku.

"Nah ini dia bintang kita yaitu Sabi, dia ini paling jago banget nyanyi," jelas Rinjani yang mendekatiku sambil berbicara di mic.

Aku mengerutkan dahi, sepertinya ini memang tidak benar.

"Ayo temen-temen kasih semangat buat Sabi," ucapnya lagi.

Kini semua orang mulai bersorak menyuarakan namaku. Aku mana mungkin bisa bernyanyi disaat seperti ini, dengan melihatnya saja aku sudah bergemetar.

Aku langsung berbalik badan dan akan pergi dari sana, tapi tanganku malah ditarik oleh Rinjani.

"Heh mau kemana lo, cepetan nyanyi, atau gue siram lo pake ini," Rinjani mengancam sambil membawa sebuah ember kecil yang dapat berisi air dan sepertinya air yang kotor.

Tentu saja aku sedikit takut, Rinjani langsung menyodorkan mic kepadaku memaksaku untuk bernyanyi.

Dengan rasa takut dan tidak pede aku menyanyikan sebuah lagu dengan terbata-bata.

Dan gelak tawa serta sorakan dari sebuah ejekan yang mempermalukan kudengar.

Aku langsung berhenti bernyanyi dan sangat malu sekali jika aku terus melanjutkan nyanyianku yang tidak jelas itu, maka mau ditaruh dimana wajahku ini. Aku hendak pergi dari aula ini tapi teman Rinjani menghalangiku.

Dan yang kudapati adalah sebuah lemparan-lemparan kertas padaku dari orang yang ada disana.

Aku tidak bisa apa-apa lagi. Karna aku ditahan untuk tidak pergi. Entah apa yang terjadi pada ku saat ini, entah kenapa mereka melakukan ini padaku.

"Udah, udah, udah... Nih ya temen-temen, kalian semua harus tau ini balasan buat orang yang sok jagoan, apalagi kegatelan, mau deketin orang yang gue suka," kata-kata Rinjani terdengar jelas olehku.

"Huuuuu..." semua sorakan kudengar lagi.

Lalu seluruh badanku disiram oleh mereka hingga basah kuyup, aku menangis melihat yang mereka lakukan padaku. Dan beberapa orang memotret ku.

Rinjani mendekatiku sambil membawa gunting, beberapa temannya memegangku. Rinjani memegangi rambutku, sepertinya ia akan memangkas rambutku.

"Rin, tolong Rin, jangan, jangan, please jangan apa-apain gue, gue gak pernah berbuat salah sama lo, dan gaj pernah gangguin lo," aku sangat memohon padanya.

"Hahaha... Gak pernah salah? Siap-siap aja lo gue botak," ucapnya dengan senyuman.

Gunting itu sudah terbuka dan sudah tepat berada dirambutku, dan beberapa helai rambutku berhasil terpotong oleh gunting tajam itu.

"Rin udah Rin, please jangan," ajy terus menohon, aku sangat takut jika rambutku benar-benar akan dibotak olehnya.

Tapi tiba-tiba saja tangan Rinjani dicekal oleh seseorang.

Gunting itu pun dilepaskan dari tangannya dengan paksa, lalu dibuang.

"Kayak anak-anak banget sih lo," kata Akbar. Ya orang itu adalah Akbar.

Lihat selengkapnya