Aku Tidak Jatuh Cinta

Nine
Chapter #5

Latika

Aku tidak minder. Sama sekali. Meskipun mereka adalah orang-orang kota yang sudah berpengalaman hidup di kota, tapi mereka sama sepertiku, manusia. Yah. Aku berusaha meyakinkan diriku seperti itu. Karena ini hari pertamaku masuk sekolah‒di sekolah baru‒jadi tidak ada masalah kan jika aku sedikit kaku? Besok juga terbiasa, berteman seperti biasa. Lagi pula, aku telah banyak mempelajarinya, cara masyarakat kota bergaul, lewat film. Aku telah menghabiskan 18 film anak sekolahan selama masa istirahatku yang tiga hari di rumah baruku, hanya untuk hari ini.

Jadi, hari pertama sekolah, sangat luar biasa. Aku menyadarinya, bahwa aku tidak pernah membayangkannya. Sekolahku yang sekarang hampir dua puluh kali lebih besar dari sekolahku yang dulu‒yang hanya ada tiga ruang kelas dan satu ruang guru‒muridnya, ada lebih dari seribu orang. Amazing. 

Di jam istirahat, Raka mengajakku keliling, tapi kutolak. Dari apa yang telah kupelajari, hari pertama adalah yang paling penting. Kita harus menyatu dan menguasai kelas. Maksudku, aku harus bisa mengakrabkan diri dengan semuanya, dengan bersikap ramah tapi tetap keren. 

Dan sepertinya mereka menyukaiku, aku dikerumuni. Mereka mengajakku ke kantin, perempuan dan laki-laki. Anak kelasku memenuhi kantin dan menjadi seolah mereka yang berkuasa‒karena telah datang bersamaan. Kami mengisi semua kursi yang kosong, sedikit berfoya-foya dan saling memperkenalkan diri. 

Ini gila. Sangat menyenangkan. Kupikir, aku telah menemukan tempat di mana aku seharusnya berada. 

***

Apa yang terjadi di sekolah kemarin, rasanya seperti mimpi, membuatku sangat tidak sabaran menunggu pagi dan kembali ke sekolah lagi. Aku mendapat terlalu banyak perhatian, dari semuanya. Ini bagus, tapi masalahnya adalah, anak perempuan. Mereka terlalu berlebihan, dengan perhatiannya. Ini sama saja seperti saat aku di sekolahku yang lama, perhatian, sapaan, surat cinta dan… lainnya. Bedanya adalah, tidak ada Silma di sampingku yang akan sangat agresif dan menjadi pagar pembatasku dengan yang lain, yang terus dan terus saja menjadi menghalang kisah cinta normal yang kuimpikan. Dia merasa memilikiku‒tapi sekarang, dia sudah tidak punya kekuatan apapun lagi untukku. 

Tanpa Simla, aku akhirnya merasakan yang sebenarnya apa yang di sebut dengan Populer! 

Seperti hari kemarin, kami ke kantin. Banyak sekali yang mengikutiku, aku sedikit risih. Mungkin karena kebiasaan lama, aku terlalu terbiasa kesepian. Tapi tidak masalah, ini yang kuinginkan, jadi, aku akan berusaha beradaptasi dengan baik. Di kantin, aku bertemu dengan Raka. Ngomong-ngomong, kelas kami berbeda. Kami hanya bertemu di jam istirahat, secara kebetulan. Seperti kemarin, dia bersama teman yang sama, teman perempuannya yang… cantik. 

Kali ini, mereka berdua menyapaku. 

“Bagaimana hari keduamu di sekolah?” Tanya Raka.

“Lumayan, aku cepat akrab dengan yang lainnya.”

Lihat selengkapnya