Untuk pertama kalinya, setelah hampir satu bulan, ayah mengirimi ku surat.
"Bagaimana keadaanmu? Kau baik-baik saja, kan? Kau beradaptasi dengan baik di sana? Ayah mengkhawatirkanmu. Apa kau merindukan ayah? Karena ayah sangat merindukanmu, ayah butuh waktu lama untuk beradaptasi, hidup tanpamu, ayah kesepian, serius! Ini bukan kiasan. Tapi ayah baik-baik saja sekarang, soalnya, ada Simla. Dia jauh lebih manis setelah kau pergi, sepertinya dia sedikit menjadi keibuan sekarang−dan itu sangat menggelikan, hahahaha.
Ayah tidak tahu harus bercita apa, jadi ayah akan bercerita tentang Simla saja, ya?
Sekitar dua minggu yang lalu, dia datang ke rumah dan memasak di dapur. Saat dia menyiapkan makanan untukku, dia bertanya, “Paman, Jepang itu ada di mana? Amerika itu ada di mana? Kenapa aku harus mempelajari bahasa dari tempat yang tidak pernah kulihat, sementara mustahil aku ke sana.” Lalu aku menjawab, “Itu tidak mustahil. Luar negeri tidak sejauh itu.” Tapi dia mendesah dan berkata lagi, “Bukan itu maksudku, Paman sendiri tahu kalau aku tidak akan ke mana-mana. Eyang tidak akan pernah mengijinkanku melangkah keluar dari Desa. Aku akan di sini seumur hidupku, menikah dengan laki-laki tua yang akan melamarku, untuk menjaga kemurnian keturunan. Semua pelajaran ini tidak berguna. Masa depanku sudah ditentukan oleh Eyang. Mungkin juga dia akan menikahkanku dengan paman Rejo?”
HAHAHAHAHA. Kenapa harus paman Rejo? Mendengar perkataannya yang seperti itu spontan membuatku tertawa, kenapa dia bisa berpikiran seperti itu? Aku benar-benar tidak mengerti apa-apa tentang Simla, dia membuatku tertawa setiap saat dengan tingkah konyolnya. Dan ketika aku menyanggahnya, “Pamanmu adalah adik dari ayahmu. Kalian tidak bisa menikah, itu tidak dibenarkan dalam tradisi kita.” “Bisa saja. Pasti ada alasan kenapa dia masih belum beristri sampai sekarang, pasti dia menungguku tumbuh dewasa kemudian menikahiku. Sepertinya memang begitu.” Itu katanya. Aku kesulitan berdebat dengan Simla, kau tahu kan bagaimana dia. Kadang-kadang dia berpikir di luar akal sehat.
Kalau begitu, sampai jumpa di lain waktu, Venus. Ayah akan lebih sering lagi bersurat kepadamu."