AKU YANG MEM(DI)BENCI KEHIDUPAN

Linda Rahmawati
Chapter #3

BAB III: Dipaksa Menyerah

~

Kenapa ada banyak orang yang berlomba-lomba ingin mendapatkan kebahagiaan?

Terus tersenyum seolah semua baik-baik saja.

Dan di sisi lain, aku malah sibuk berpikir bagaimana caranya membunuh diriku.

Haha....

Miris sekali ternyata kehidupan ini, terlebih hidupku.

Aku tak tahu apakah langit malam itu masih membutuhkan bintang, disaat kerlap-kerlip kota terlalu menyilaukan.

Rutinitas terus berjalan, semuanya terasa membosankan.

Hari yang tak berubah pun terus berulang.

~

[Senin, 28 November 20**]

Angin sore itu kembali menerpa dirinya yang sedang berada di ujung tanduk, seolah menghantarnya menuju dunia baru yang tidak tahu akan seperti apa. Hari ini, perempuan itu akan membuat keinginan ibunya terkabul. Dengan begini, mungkin wanita yang telah melahirkannya akan bahagia.

"Selamat tinggal," ucapnya lepas.

Dia mulai melepaskan pegangannya, tubuhnya condong ke bawah menuju aliran sungai, mencoba berdamai dengan gaya gravitasi dengan mengikuti arahannya.

.

.

.

SREEEK!!!!

Terdengar suara tarikan yang sangat kuat, perempuan itu membuka kelopak matanya. "Apa kau sudah gila, hah?!" teriak seorang laki-laki padanya.

Lusi, ya perempuan yang sedang melakukan ajang bunuh diri itu menatap dingin laki-laki yang sedang memegang tangan kanannya. Saat ini, posisi tubuhnya menggantung karena tarikan laki-laki di atasnya.

Perempuan itu hanya menatap dingin lalu berkata, "Apa yang kau lakukan?"

"Apa yang ku lakukan? sudah jelas menyelamatkan dirimu yang bodoh itu!" teriak laki-laki yang memegangnya erat, ayolah dia sudah tak bisa menahan berat tubuh itu.

"Tch... cepat lepaskan aku."

"Apa dengan bunuh diri, kau bisa menyelesaikan semuanya?”

“Apa dengan begini kau akan merasa bebas?" tanya laki-laki itu seolah sedang bernegosiasi.

"Kau tidak tahu apa-apa tentangku, kau tak berhak berkata seperti itu," balasnya malas.

"Tapi–" perkataan laki-laki itu dipotong cepat oleh tindakkan Lusi, tangan kirinya bergerak memegang cengkraman sang laki-laki.

"Maaf," ucapnya tulus. Setelah itu, dia segera melepas paksa cengkraman laki-laki itu, tubuhnya mulai terjun bebas menuju air sungai.

BYUUUR!!!!

Terdengar suara tubuh Lusi yang masuk ke dalam sungai, laki-laki itu masih diam karena terkejut dengan apa yang dilihatnya.

"Sial!" umpatnya. Dia langsung melempar tas sekolahnya asal.

Dan apa yang terjadi selanjutnya?

Yup! Laki-laki itu malah menceburkan dirinya ke dalam sungai itu.

Dasar gila!

BYUUUR!!!!

Tubuhnya sudah masuk ke dalam sungai, untung saja dia seorang atlet renang, jadi cukup mahir dalam hal ini. Lewat pandangannya yang kurang jelas karena air sungai yang tidak jernih, dia berusaha keras mencari keberadaan perempuan gila itu.

Laki-laki itu membelalakkan kedua matanya setelah melihat tubuh Lusi yang belum terlalu jatuh ke dalam, dengan nafasnya yang mulai habis, dia segera menarik tangan perempuan itu yang sudah kehilangan kesadaran. Setelah berhasil menarik tangannya, dia segera menarik badan Lusi dan membawanya ke atas, menuju tepian sungai.

~

"Haahhh... haahhh... haahh...." Laki-laki itu mengatur nafasnya setelah berhasil membawa Lusi dan dirinya ke tepian. Dia membaringkan tubuh perempuan itu dan juga dirinya.

Setelah cukup tenang, dia menoleh ke samping kirinya, melihat Lusi yang masih tak sadarkan diri. Dia langsung mengambil posisi duduk menghadap ke arah remaja putri yang baru ditolongnya. Laki-laki itu mulai menampar-nampar pelan kedua pipi Lusi supaya merespon ucapanya.

"Hey, bangun! Sadarlah, hey!" panggilnya terus menerus.

Kemudian pemuda itu mendekatkan telinganya ke hidung dan mulut Lusi untuk mendengar laju nafasnya, dia juga mengecek denyut nadi yang ada leher dan tangan perempuan itu, masih berdetak tapi sangat lemah.

Lihat selengkapnya