***
Kring, jam menunjukan waktu istirahat.
"Baik anak-anak ibu akhiri pelajaran hari ini sampai sini. Kalian sekarang bisa istirahat"
Dikelas 10/1 semua murid keluar kelas kecuali Senna, Fani dan Nisa
Nisa adalah anggota OSIS di SMA Harapan Bangsa. Selain itu Nisa dikenal sebagai orang yang cukup berani. Nisa juga dikenal sebagai orang yang tegas karena dia adalah salah satu perempuan yang berada di tim keamanan sekaligus tim kedisiplinan di OSIS SMA Harapan Bangsa.
"Sen, lo ngerti gak sih materi tadi?" Tanya Fania pada Senna
"Gue ngerti ngerti aja sih. Lagian gue udah belajar materi ini semalem." Kata Senna sambil membereskan buku nya.
"Ajarin gue ya please." Pinta Fania kepada Senna
Nisa menghampiri Senna dan Fania yang sedang mengobrol
"Hei kalian gak bakal ke kantin apa? Gue lapar nih." Kata Nisa
"Gu-"
"Eh kayanya gue sama Senna ga bisa nih. Gue mau belajar materi tadi," belum saja di selesaikan. Fania menyerobot omongan Senna
"Ohh. Yaudah, gue duluan ya." Kata Nisa
Nisa meninggalkan Senna dan Fania di dalam kelas
"Gue kan mau ikut juga," kata Senna dengan muka yang lemas
"Kan lo mau ngajarin gue materi yang tadi." Kata Fania membawa catatan nya dan duduk di samping Senna
"Huft. Yaudah, jadi gini..."
Senna mengajarkan semua materi pelajaran kimia yang telah diberikan Ibu Maya.
***
Kring
Bel sekolah berbunyi kini saatnya semua murid SMA Harapan Bangsa pulang.
"Akhirnya pulang juga. Sen hayu pulang bareng," kata Fania
"Iya. Tapi gue baru inget, kayanya gue ingin minjam buku ke perpus deh."
"iya Fan, hari sabtu-"
Baru saja Senna ingin mengatakan sesuatu ke Fania. Handphone Fania berdering dan Fania langsung mengecek handphone nya
"Eh Sen, bokap gue nelepon."
"Angkat aja Fan."
Fania mengangkat teleponnya dan sedikit menjauh dari Senna. Setelah dapat telepon Fania mendekat ke arah Senna
"Sen. Sorry ya gue gak bisa nganterin lo ke perpus. Gue duluan ya,"
"Tapi gue mau nanya sama lo." Kata Senna kembali membuka suara
"Sen, sorry ya, besok aja. Gue lagi buru-buru." Kata Fania
Fania lari menuju parkiran sepeda, Senna hanya melihat punggung Fania yang sedikit demi sedikit hilang dari pandangannya.
"Huft. Susah amat ya gue mau nanya doang. Ya udah gue ke perpus sendiri aja." Senna mulai melangkahkan kakinya.
Baru saja beberapa langkah Senna berjalan. Pandangannya terpusat pada laki-laki di sebrang koridor yang Senna pijak
Cowok yang sama, sama seperti orang yang membantunya untuk membenarkan rantai sepedanya tempo hari.
Bruk