Senna yang baru saja sampai sekolah terheran-heran melihat banyaknya siswa SMA Harapan Bangsa yang menutupi mading sekolah.
Fania yang baru saja melihat pengumuman yanng ada di mading langsung menghampiri Senna yang sedaritadi berada di barisan belakang dari tumpukan orang yang sedang melihat kearah mading.
Fania melihat Senna yang hanya terdiam dan mendekati Senna "Sen, lo ikut kan?"
Senna kebingungan tentang apa yang baru saja Fania katakan "Ada apa?"
"Sebentar lagi sekolah kita ngadain seleksi kompetisi sains, pasti seru banget Sen."
"Wah, hal ini yang udah gue tunggu-tunggu dari dulu Fan."
"Gue juga gak sabar Sen."
"Oh iya Fan. Sebelum bel sekolah berbunyi gue mau ke perpustakaan, lo mau ikut?"
"Sebenernya gue mau ikut Sen, tapi gue belum ngerjain tugas bu Tini."
"Oh, sana lo kerjain keburu bel sekola berbunyi."
Fania meninggalkan Senna, "Bye Sen."
Senna ternyata masih terdiam di tempat yang sedari tadi ia pijak hingga mading mulai sedikit sepi, Senna maju beberapa langkah untuk melihat pengumuman yang terpajang di mading.
Baru saja ia melihat pengumuman.
"Kalo lo mau ikut, lo bisa dafar ke gue atau Saskia."
Senna yang sedang melihat ke arah mading kaget dan melihat ke sumber suara. "Kak Bara?"
Bara hanya melihat Senna yang berada di hadapan nya
"Lo mau daftar?"
Senna tidak percaya dengan apa yang di katakan Bara yang menawarkan nya mengikuti seleksi kompetisi. ini orang gak kerasukan kan. Katanya di dalam hati
Senna langsung mengarakan tangannya dah menempelkan tangan nya pada dahi Bara. "Kak, lo gak sakit kan?" Senna heran
Bara menepis tangan Senna, "lo ngapain sih, gue sehat. Gue mau ke perpustakaan dulu daripada disini sama lo."
Senna tersadar, ternyata sudah tidak ada siapapun yang ada di sekitarnya kecuali mereka berdua.
"Gue juga mau ke perpustakaan kak, mau bareng?"
Tanpa menjawab pertanyaan Senna, Bara langsung berbalik dari mading dan langsung berjalan ke arah perpustakaan. Senna sedikit berlari dan menyamakan langkahnya dengan Bara.
Bara yang lebih tinggi dari Senna memiliki langkah yang lebih panjang dari Senna hingga Bara bisa melampaui langkah nya.
"Kak tunggu gue."
Senna sudah tertinggal jauh dari Bara. Belum saja Senna sampai ke perpustakaan, Senna sudah kewalahan dengan langkah Bara yang sangat cepatnya.
Senna berhenti dan mengambil nafas panjang karena ia kecapekan mengejar Bara.
Bara yang sudah sampai di perpustakaan melihat Senna yang baru saja sampai di pintu perpustakaan
Senna melihat Bara yang sedang duduk di bangku yang ada di dalam perpustakaan. Senna langsung menyimpan tasnya di samping Bara.
Bara sedikit bergeser ke samping dan melihat Senna dengan tatapan sinis "Lo ngapain nyimpen tas lo disini?"
"Gue ingin nanya sama kak Bara. Kenapa kemarin kaki kakak bisa berdarah?"
Bara melihat ke arah Senna dan langsung mengalihkan pandangannya
"Kalo kaka gak mau jawab okay gak apa-apa, gue gak bakal kembaliin sapu tangan kak Bara."
Bara langsung menoleh ke arah Senna
"Gue kemarin kena pembatas jalan, puas lo."
"Jawaban nya kurang meyakinkan."
"Mana sapu tangan gue?"
"Sebentar." Senna membuka resleting tasnya. Dia baru saja ingat kalau sapu tangan milik Bara belum di angkat dari jemuran.
"Kak sa-"
"Jangan bilang gak dibawa." Belum saja Senna menyelesaikan perkataannya Bara mengatakan seakan-akan mengetahui isi pikiran Senna.
"Iya, sorry ya kak."
"Lo sorry sorry aja bi-"
Kring
Belum saja menyelesaikan bicaranya, bel sekolah berbunyi
Senna menutup resleting tasnya dan menggendong tas nya "Kaka daripada ngomel, mending masuk kelas kak. Udah bel."
Bara hanya melihat punggung Senna yang menjauh dari dirinya.
***
Kelas 10/1 sangat hening Bu Tini masuk ke dalam kelas pada jam pelajaran pertama. Bu Tini guru kimia yang terkenal akan ketegasan nya, apalagi soal tugas. Ia tidak akan segan-segan mengeluarkan murid dari kelas nya karena tidak mengerjakan tugas yang telah diberikan
Bu Tini berdiri di depan kelas memandang semua murid yang duduk dengan rapih di bangku masing-masing. "Anak-anak, tempo hari ibu memberikan tugas yang di tulis di kertas dua lembar, silahkan dikumpulkan."
"Fan, lo tadi udah selesai ngerjain nya?" Senna berbisik kepada Fania
Fania mendekatkan kepalanya kepada Senna "Gue udah selesai dong, Gue nyontek dari Nisa."
"Ohh.. pantesan udah, lo nyontek sih."
"Ayo anak-anak pengumpulan nya dipercepat." Bu tini memberikan pengarahan kepada semua murid
"Iya bu." Jawab semua murid
Senna membuka resleting tasnya, karena tugasnya diselipkan di buku kimia yang dipinjam nya dari perpustakaan tempo hari.
Senna mengeluarkan buku kimia yang telah ia pinjam. Ternyata kertas tugasnya tidak ada di dalam buku. sial, kemana tugas gue?. Betapa kagetnya Senna melihat tugasnya yang diselipakan tidak ada, Senna langsung menutup buku yang sedang dipegang. Sial kok buku biologi sih?. Di dalam hatinya.
Senna bingung mengapa buku yang ia pinjam berubah menjadi buku pelajaran biologi
Ibu Tini yang melihat Senna yang sedang panik dan hanya menatap buku nya langsung menghampiri dan berdiri tepat di depan bangku Senna.
"Senna, tugas kamu mana?" Tanya ibu Tini